Chapter 241: Glyryser 10.000 Tombak Beku
Langit yang murka.
"Eh? Apa aku tidak salah lihat?"
Storm terduduk sambil memegangi kedua tangannya yang berlumuran darah segar.
"Makhluk lemah sepertimu mencoba melukai dari belakang!"
Storm segera bangkit dengan wajah marah.
Dia tidak pernah sudi apabila makhluk terkutuk itu mencoba mengaalahkannya. Bahkan saja makhluk lain selain kemutlakan yang mampu melukainya, maka Storm akan menghadapinya dengan serius.
"Whusssh!
Aura dingin kini kembali muncul.
Angin yang berputar kencang seperti pusaran Tornado mulai terlihat. Hutan terlarang yang sebelumnya subur kini tergantikan oleh es membeku dimana mana.
[Ding, tahan amarah anda tuan ]
[Menggunakan kekuatan serius terlalu berbahaya bagi keseimbangan dunia ini ]
Systemnya yakni Cyla sangatlah panik sekali melihat fenomena mengerikan itu.
Bagaimana tidak hanya dengan elemen es saja Rem dengan mudah mengguncang Stellar Glorys World. Jika terus dibiarkan maka bisa saja planet ini akan menjadi planet yang membeku.
"Glyryser!"
Storm dengan cepat mengaktifkan salah satu teknik dari Power Potential Ice Emperor miliknya. Yaitu Glyryser, sebuah teknik kuat berskala besar.
Didalam teknik Glyryser semua uap es yang membentuk menjadi tombak tajam, perlahan beterbangan keatas langit.
Itu adalah Glyryser, teknik yang mampu menerbangkan tombak es beku dalam jumlah 10.000 lebih.
"Krak!"
"Krak!
Puluhan ribu tombak es bermunculan dari atas langit dan hampir menutupi sebagian udara angkasa.
"Pergilah keneraka makhluk terkutuk sepertimu!"
"Whussh!
Storm menurunkan tangannya kebawah, lalu puluhan ribu tombak es beku meluncur secara bersamaan.
"Arrrh?"
Eltypo yang masih setengah sadar dapat merasakan jika dia tidak bisa selamat dari serangan kuat seperti itu.
"ARRRH"
Eltypo berusaha sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak berada dibawah kendali makhluk yang menghuni pedang Anathema.
Tetapi hal itu pula malah membuatnya terpojok, Eltypo dengan gerakan bergetar menancapkan pedang Anathema keperutnya sendiri.
"Bruk!
"Arrh!"
Apa yang dilakukannya memanglah efektif yaitu pedang Anathema tidak mengendalikanya lagi.
Namun karena itu juga dia tidak bisa bergerak sama sekali bahkan lari dari serangan kuat dari Rem itu. Eltypo berusaha tetap tenang menunggu waktu kematiannya.
"El, aku disini! Maaf atas sikapku waktu itu!"
Eltypo mendongak keatas dan wajah Carol yang tersenyum sudah ada berada didepannya.
"Apa- yang kamu lakukan disini, Carol? Menjauhlah, biarlah aku mati ditempat ini!"
Eltypo berucap dengan nada memohon agar dia segera menjauh dari sini sebelum dia harus terkena serangan kuat dari tuan Rem.
"Tidak apa El, aku ingin menebus rasa bersalahku dan membiarkanku mati bersamamu jika itu pilihannya!"...
Carol memegang wajah Eltypo dengan tersenyum senang menikmati rasa bersalah dan momen terakhir mereka ini.
"Carol!"
"Eltypo!"
Asgart, Emily, Wildses, dan Lars berteriak dikarenakan mereka berdua akan mati apabila terkena serangan dahsyat dari tuan Rem.
"Hentikan Rem, mereka juga temanmu!"
"Aku mohon hentikan seranganmu!"
Shlypy berteriak dengan derai air matanya menatap Rem yang seperti hilang kendali.
Waktu terasa melambat sesaat setelah Carol dan Eltypo saling berpelukan sebelum puluhan ribu tombak berada diatas mereka.
Mereka tidak menyalahkan siapapun namun menyalahkan diri mereka sendiri. Mungkin saja mereka lebih damai apabila mati tetapi masih tetaplah bersama menikmati momen terakhir mereka.