The Resistance Is Endless Stars

Chapter 242: Mengurungkan Niat Membunuh



Teringat momen waktu itu.

Storm yang benar benar marah tidak terima makhluk terkutuk yang menghuni pedang Anathema melukainya. 

Mendadak tersentak diam setelah melihat Eltypo dan Carol yang berpelukan seolah menunggu kematian mereka bersama sama.

"Remove!"

Storm segera menghentikan teknik Glyryser miliknya.

Hal itu seketika udara dipenuhi oleh hawa dingin yang mematikan. Pasalnya dari atas kepala dari mereka berdua itu, 10.000 tombak beku berjejer siap menghunus mereka kapan saja.

"Destroyed"

Storm menghilangkan teknik Glyryser.

Seketika itu juga puluhan ribu tombak beku berangsur menghilang. Langitpun kembali cerah seperti sedia kala.

Tak cuma itu, area sekitar dan hutan terlarang perlahan berangsur kembali normal tidak membeku seperti sebelumnya.

"Huh!"

Storm berusaha tetap tenang sambil menatap angkasa dengan sendu.

Asgart, Emily, Wildses, Lars, dan Shylpy menjadi lega karena tuan Rem tidak membunuh kedua teman mereka semua.

"El, Carol!"

"Kalian baik baik saja kan?"

Mereka menghampiri keduanya yang berada didepan sana.

"Ya, aku lega karena tuan Rem tidak membunuh kita berdua!"

Carol mengangguk dengan penuh semangat sambil tersenyum senang.

"Tapi bagaimana denganmu El, apa kamu-

"Berkat tuan Rem, aku terbebas dari pedang terkutuk itu!"

Eltypo mengangguk, dan dia menunjuk dimana pedang Anathema yang dia lempar setelah terbebas dari belenggunya.

"Terima kasih Carol, kamu mau menerimaku!"

Eltypo tertunduk terharu dikarenakan Carol saat ini telah menerimanya sebagai kekasihnya.

"Aku senang kamu tidak kenapa napa!"

Dengan wajah merah malu, Carol mengangguk karena dia mengakui bahwa perasaannya memanglah murni terhadapnya.

"Bang!"

Storm menginjak pedang Anathema hingga hancur berkeping keping.

"Rem, terima kasih karena menahan diri tidak membunuh kedua temanku!"

Shylpy berdiri dibelakang Rem yang berdiri membelakanginya.

"Enyahlah, aku tidak merasa bahwa diriku benar...

"Aku adalah aku, dan siapapun yang menghalangi jalanku harus musnah kecuali tak seorangpun yang berkecil hati menahannya!"

Storm berucap dengan tatapan serius.

Dia menegaskan sekali lagi, jika bukan karena rasa manusiawinya maka sejak tadi seharusnya mereka sudahlah mati mengenaskan.

Hanya saja sebagai entitas makhluk Absolute yang masih memiliki hati nurani, Storm hanya tidak tega membunuh sesama makhluk yang sama.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.