Chapter 7: Bab 7
*Kacha*
Duduk sendirian di ujung taman, Yves mengeluarkan berbagai bagian dari senjata rakitannya di depan beberapa mata jahat yang bersembunyi di kejauhan.
Dengan terampil, Yves merakit senapan itu menjadi AK-47 yang utuh.
Badan AK-47 yang perlahan terbentuk itu membuat para tunawisma yang sebelumnya mau merampok langsung menggigil ketakutan.
Meski begitu, tidak semua orang merasa takut, bahkan ada yang tidak takut mati. Melihat senjata bagus yang dipegang pria itu, jika mereka berhasil merebunya, mereka dapat menjualnya untuk beberapa ribu dollar!
Setelah mengisi amunisi, Yves menyeringai ke arah para tunawisma tersebut. Setelah itu dia menarik pelatuknya.
*Da!*
*Da!*
*Da!*
"WTF!"
"Orang gila!"
"Dia ingin membunuh kita!"
Para tunawisma itu langsung berjongkok di tanah dengan ketakutan. Masing-masing memegangi kepala mereka dengan gemetar.
Faktanya, Yves tidak menembak ke arah mereka. Dia hanya ingin menakut-nakuti saja, toh dia bukan penjahat kejam yang akan membunuh sesuka hati.
Semua peluru tersebut mengenai tepat ke arah dinding semen yang berjarak sekitar tiga puluh meter jauhnya. Dinding semen tipis itu langsung dilubangi tanpa terkecuali!
Kekuatan tembakannya sangat bagus, meskipun rekoilnya cukup kuat, tapi setelah menambah bantalan di ujung gagang, rekoil tersebut berkurang cukup banyak.
Jika Yves bisa menahan rekoil besar tersebut, tentunya prajurit yang terlatih dapat mengatasinya juga.
Para tunawisma itu menatap sosok Yves dengan ketakutan, seringai mengerikan yang ditunjukkan oleh pria muda itu benar-benar seperti iblis.
Niat awal ingin merampok pria muda itu telah sirna, mereka tidak lagi berani!
Karena takut pria itu membunuh mereka, mereka langsung memohon belas kasih, "Ah, tuan, tolong maafkan kita. Kita tidak bermaksud jahat."
"Kita hanya ingin mencari makanan, tolong jangan bunuh kita."
"Oh, aku kira kalian ingin merampokku." Yves mengangkat alisnya.
"Tidak, tidak benar, tuan!" Orang-orang itu masih ketakutan.
Tentunya Yves tidak percaya akan perkataan orang-orang itu. Melihat sosok mereka, dia tahu bahwa orang-orang itu sering melakukan kegiatan melanggar hukum.
Tapi jika dipikirkan baik-baik, bukankah menarik untuk membuat geng yang dapat bekerja untuknya? Yves dapat mempertimbangkan hal ini.
Toh dunia ini tidak murni hitam dan putih, ada elemen lain yang saling bercampur. Bukankah menarik untuk menugaskan geng ini dalam misi penculikan palsu atau hal-hal berguna yang lain?
Di jaman ini aksi 'pahlawan menyelamatkan wanita cantik' akan bekerja dengan lancar, keke~
"Hmm, aku ingin memperkerjakan kalian. Ini, masing-masing ambil dua dolar."
Yves melemparkan tumpukan kertas ke atas tanah.
Mata orang-orang tunawisma itu langsung cerah, melihat dolar yang dilemparkan di depan wajah mereka, mereka langsung menelan ludah.
Walaupun terlihat sangat menghina, tapi apakah penghinaan ini sebanding dengan makanan yang akan mereka dapat? Tentunya tidak!
"Ya, ya, bos! Jangan khawatir, saudara-saudara kita pasti akan melaksanakan tugas anda dengan baik." Seorang pria paling kekar yang ada di dalam kelompok itu langsung menepuk dadanya. Meyakinkan bos baru mereka dengan sumpah setia.
"Terserah, aku akan memanggil kalian nanti." Yves melambaikan tangannya. Bertindak sok kuat di depan bawahan tidak diperlukan.
***
*Da!*
*Da!*
*Da!*
Sepanjang pagi, terdengar suara tembakan yang berdering tanpa henti. Banyak selongsong peluru berjatuhan di atas rerumputan.
Jika taman ini bukan tempat para penjahat berkumpul, maka Yves pasti akan dihampiri oleh polisi karena tindakannya.
Mengambil kertas, Yves mulai menulis beberapa catatan tentang performa senjatanya.
Hasil dari percobaan selama dua jam ini sangat begus. Setidaknya masalah dasar senjata telah dia ketahui. Nanti saat sampai di rumah, dia bisa menyesuaikannya lagi.
Yves memutuskan untuk kembali, tak terasa sudah berjam-jam dia berada di taman. Sekarang sudah siang, dan dia cukup lapar.
Setelah kembali ke rumah, Yves langsung mencium bau daging sapi panggang yang sangat harum. Keahlian memasak bibi Sarah memang patut diacungin jempol.
Steak tersebut dimasak hingga berwarna kecoklatan.
"Tuan Yves, anda sudah kembali? Pas sekali, makanannya telah matang. Silahkan coba masakan saya, jika tidak cocok dengan selera anda, maka beritahu saya, saya akan memasakkan masakan yang baru untuk anda."
Sarah yang masih memakai celemek berkata dengan lemah lembut.
Setelah mencoba satu gigitan, lemak serta rasa daging yang kuat menyebar di mulut Yves. Masakan ini sangat luar biasa lezat! Seperti masakan yang dibuat oleh nyonya Barra, "Sangat enak, aku menyukainya. Ngomong-ngomong, anda tidak perlu membersihkan laboratorium."
"Tentang Steve, apa yang sedang dia lakukan sekarang?" Yves sangat ingin tahu tentang apa yang dilakukan Steve sebelum dia bergabung dengan tentara. Lagi pula, di film, kehidupan pra ketentaraannya tidak disiarkan.
Ekspresi sedih melintas di mata Bibi Sarah, "Anak itu bekerja serabutan di toko kawan lama ayahnya. Dia sangat ingin bergabung dengan militer, dia ingin memenuhi keinginan ayahnya."
"Mimpi yang luar biasa. Karena mereka kita bisa hidup dalam damai seperti sekarang." Yves mengangguk.
"Bibi Sarah, aku kenyang. Setelah ini aku ingin keluar sebentar, tolong jaga rumah untuk saya." Yves menghabiskan makan siang dengan cepat.
Sekarang dia ingin pergi ke Stark Industries terlebih dahulu.
"Baiklah, tuan Yves. Silahkan, saya akan menetap dirumah." Sarah tahu bahwa pria kecil ini cukup sibuk.
Saat bertanya-tanya dengan tetangganya, dia diberi tahu bahwa pria kecil ini suka melakukan penelitian. Mungkin dia punya urusan yang ingin dia lakukan di luar rumah.
Mungkin karena pekerjaan orang tuanya, Yves cenderung mengikuti jejak kedua orang tuanya, yaitu suka meneliti.
Ketika Sarah melihat ke arah pria itu, entah kenapa dia teringat dengan putranya sendiri, Steve.
Mereka sama-sama gigih dan baik hati.