Chapter 5: Bab 5
baca bab 19 di;
patréon.com/mizuki77
-----
Melihat eksperi bingung kedua orang itu, Yves tahu bahwa pihak lain mungkin salah mengartikan perkataannya.
Yves buru-buru berdeham dan melanjutkan perkataannya; "*Cough*, izinkan saya memperkenalkan diri saya secara singkat, namaku Yves, orang tua ku adalah mantan peneliti militer yang meninggal dalam sebuah ledakan oleh mata-mata musuh satu bulan yang lalu."
"Saya memiliki sorang saudara perempuan yang saat ini bekerja di sebuah kantor polisi, dia sangat sibuk dan jarang sekali pulang ke rumah." Yves menjedah perkataannya, beberapa saat kemudian dia melanjutkan; "Saya butuh seorang pembantu rumah tangga, tentu saja pembantu yang jujur serta cekatan. Tugasnya tak lain untuk membersihkan rumah serta memasak makanan."
"Tugasnya sangat sederhana, karena saya suka melakukan penelitian, jadi jarang sekali aku bisa merawat rumah serta memasak makanan di malam hari. Oleh sebab itu aku menginginkan seorang pembantu."
"Gajinya akan menjadi dua ratus dolar sebulan dan akan dibayarkan pada tanggal pertama setiap bulan."
Di masa sekarang, banyak sekali orang yang tak mampu mendapatkan pekerjaan, bahkan jika mereka mendapat sebuah pekerjaan, mungin gajinya tak akan lebih dari dua puluh dolar.
Tentunya gaji dua ratus dolar sebulan merupakan gaji selangit!
Setelah mendengar cerita Yves, Sarah melihat ke pria kecil itu dengan cinta keibuan. Pria malang ini ternyata telah kehilangan kedua orang tuanya...
"Saya bisa melakukan pekerjaan itu jika anda setuju, saya akan bekerja keras serta memastikan untuk menyelesaikan setiap tugas yang anda berikan."
Steve yang awalnya tak terlalu memikirkan pria itu, langsung tersentuh ketika mendengar nasib naas kedua orang tua Yves. Dia juga merasa bersimpati.
Alasan kenapa Yves tak menawarkan pekerjaan ini kepada Steve juga karena memang dia tak mau. Akan sangat aneh untuk memperkerjakan pria sebagai pembantu rumah tangga, terlebih lagi Yves lebih suka memperkerjakan wanita dewasa yang berpengalaman!
"Kalau begitu anda diterima, jika mau anda langsung bisa bekerja besok. Ingat untuk membawa barang-barang anda, karena mulai sekarang anda akan tinggal di sini."
"Saya akan memberikan uang pokok kepada anda besok, senang memperkerjakan anda, bibi Sarah." Yves tersenyum ke arah wanita paruh baya itu.
"Terima kasih, tuan Yves, saya akan datang ke sini pada jam pagi besok. Apakah tidak masalah? Aku takut mengganggu istirahat anda kalau aku datang terlalu pagi." Sarah dengan murah hati langsung memeluk Yves.
Pelukan ini adalah pelukan alami, tetapi tubuh Sarah sangat baik sampai-sampai membuat Yves merasa nyaman.
"Tidak masalah, bibi. Juga, tolong jangan terlalu sopan dengan saya, anda bisa memanggilku Yves." Walaupun Yves terlihat tenang, tapi wajahnya memang terlihat sedikit merah. Hal ini tak bisa dia kontrol, toh hormon tubuh remaja ini bereaksi sendiri.
Sebagai seorang wanita dewasa serta orang yang telah memiliki anak seusia Yves, awalnya Sarah berpikir bahwa pihak lain ingin bermain seperti para hooligan. Tapi saat melihat wajah Yves yang memerah, akhirnya dia sadar bahwa pihak lain tak lebih dari seorang remaja muda.
Reaksi ini tentunya sangat normal untuk remaja sepertinya.
Dalam hati Sarah juga merasa sedikit senang, nampaknya pesona wanitanya masih bisa mengait pria muda ini.
Karena tak ingin membuat pria itu malu, Sarah terus memeluknya selama satu menit lagi.
Yves merasa malu dan juga merasa nyaman. Untungnya Steve tak melihat tingkahnya sekarang, jika dia tahu apa yang sedang dipikirkan Yves, mungkin pria itu akan mulai memukulinya!
Mereka mulai melepaskan pelukan mereka, di sisi lain Steve tetap terlihat biasa saja, nampaknya bepikir bahwa pelukan ini adalah murni pelukan normal yang biasa dilakukan orang.
Dalam hati Steve bersyukur karena ibunya mampu mendapatkan pekerjaan lagi, tapi dirinya sendiri malu karena masih tak memiliki sebuah pekerjaan.
Setelah mengantar Bibi Sarah serta Steve keluar, Sarah membungkuk hormat sambil mengucapkan selamat tinggal sambil tersenyum. Sebelum berbalik pergi, Sarah sempat melihat pria muda itu dengan tatapan penuh arti. Hanya Sarah serta tuhan yang tahu apa yang sedang dipirkan wanita dewasa itu.
Setelah berjalan cukup jauh, Steve memberikan selamat kepada ibunya; "Ibu, selamat telah mendapatkan sebuah pekerjaan lagi, gaji pekerjaan ini bahkan lebih baik dari pada pekerjaan anda sebelumnya." Steve senang, bagaimanapun juga, menjadi seorang pembantu jauh lebih aman dari pada menjadi seorang perawat rumah sakit yang merawat orang-orang sakit dengan penyakit menular.
Jika bukan karena pertemuannya dengan Yves hari ini, mungkin ibu Steve masih akan meninggal karena tertular sebuah penyakit seperti dalam cerita asli.
"Terima kasih, Steve, jika kamu benar-benar ingin menjadi seorang tentara, maka pergi dan wujudkan mimpi anda. Ibu akan mendukung mimpimu."
"Pastikan untuk menjadi seorang prajurit hebat seperti ayahmu." Sarah yang telah kembali ke akal sehatnya langsung menjawab putranya dengan lemah lembut.
Karena sekarang dia telah mendapatkan sebuah pekerjaan yang stabil, tentunya dia tak akan mendukung putranya untuk mengejar impiannya.
"Ibu, terima kasih banyak!" Steve memeluk ibunya sambil menangis.
***
Kembali ke rumah Yves.
Yves membawa semua alat yang telah dia beli dan menaruhnya ke lab yang ada di lantai pertama.
Di lab tersebut terdapat sebuah raktor bulat seukuran roda mobil. Lingkaran koloid telah diisolasi dengan isolasi tebal yang dililitkan dengan Eter serta kumparan logam Palladium.
Benda sampel ini tentunya masih tak bisa berfungsi sepenuhnya, toh ini masih dalam masa pembuatan.
Jika benda ini selesai dan bekerja, maka reaktor ini akan dapat mendukung pengeluaran energi untuk seluruh rumah.
Baik itu energi listrik, panas, atau bahkan bentuk energi lainnya.
Benda ini mandiri dan tak memerlukan listri dari catu daya, benda ini tak lain adalah sumber energi baru yang akan mengguncang zaman!
Setelah menyelesaikan urusannya di lab, Yves menutup pintu ruangan itu dan mulai berolahraga. Dia telah berolahraga setiap hari, tubuhnya cukup kurus seperti kebanyakan orang.
Untuk bertahan hidup di masa yang penuh gejolak ini, pilihan terbaik adalah berolahraga untuk membentuk tubuh yang sehat.
Samar-samar Yves ingat sesuatu, kalau tidak salah sepertinya Pradise Island yang ditempati oleh Wonder Woman masih mempertahankan sebuah tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun.
Salah satu tradisi itu memiliki sebuah kegiatan berduel satu lawan satu, jika salah satu penantang itu menang, maka sang pemenang dapat melakukan apapun kepada yang kalah.
Singkatnya yang kalan akan menjadi milik seorang pemenang!
Tentunya berolahraga biasa seperti yang dilakukan Yves tak akan membuatnya menjadi super kuat, apalagi ingin melawan Wonder Woman, hal itu hanyalah mimpi blaka!
Sebagai seorang anak haram Zeus, Wonder Woman memiliki fisik Demi-God. Untuk manusia biasa seperti Eddie, tentunya akan sangat sulit untuk memenangkan pertarungan melawan seorang Demi-God seperti Wonder Woman.
Tapi bukan berarti tidak ada kesempatan sama sekali. Yang dibutuhkan Yves untuk menang adalah intrik profesional serta beberapa keberuntungan manis.
***
Kedua orang tua Yves tak meninggalkan banyak uang kepadanya, hal ini membuatnya berpikir untuk segera membuat sebuah produk jadi yang dapat dia jual untuk mendapat beberapa uang saku.
Dia tak ingin meminjam uang ke orang lain, lebih baik mengandalkan diri sendiri dari pada orang lain, tentu saja...
Yves melanjutkan olah raganya dengan penuh semangat. Push-up, sit-up, membentuk kekuatan serta otot dengan dumble, Yves terus berlatih selama lebih dari satu jam.
Yves mulai meraskan batas tubuhnya, tubuhnya telah dibasahi oleh keringat yang lengket. Walaupun merasa sangat kelelahan, Yves tertap tersenyum, dia merasa bahwa setiap otot di tubuhnya menjadi lebih kuat!
Saat Yves sedang asik dengan dunianya sendiri, tiba-tiba datang suara seseorang yang sangat familiar.
"Hei, Yves, apakah kamu tuli? Cepat keluar, makan malam akan segera dimulai!"
Di luar rumah Yves, Olly berdiri sambil berteriak cukup keras. Mencoba memberi tahu temannya yang masih ada di dalam rumah.
"Tunggu sebentar!"
Menjawab singkat, Yves langsung buru-buru mandi, setelah itu keluar rumah dan pergi ke rumah teman baiknya.
Rumah Olly tidak terlalu besar, mungkin sekitar setengah rumah Yves. Cukup untuk ditinggali dengan empat atau lima orang anggota keluarga.
Sama seperti Olly, nyonya Barra memiliki kulit berwarna gandum, bagian atasnya sangat montok dan juga menggoda, terlebih lagi dia memiliki pinggang kecil serta lingkar bawah yang dilebih-lebihkan!
Nyonya Barra bekerja sebagai seorang administrasi di sebuah kantor polisi, pekerjaannya cukup simpel, hanya mencatat dokumen serta statistik sederhana.
Walaupun begitu, seleksi petugas polisi cukup ketat dan memerlukan keatletisan tertentu. Tak mengherankan jika tubuh nyonya Barra sangat terjaga dengan baik, buktinya tubuhnya sangat bergelembung dan juga enak dipandang.
Selain ibu Olly, ada juga juga seorang gadis kecil yang berusia dua belas tahun, namanya Souline, adik kecil Olly. Saat ini gadis itu masih berada di jenjang sekolah dasar dan naik ke sekolah mengengah pertama.
"Yves, mari-mari, makanan telah siap." Bu Barra menyapa dengan hangat. Mungkin karena sedang di rumah, wanita dewasa itu memakai mengenakan kemeja ketat yang tak bisa menyembunyikan sosok seksinya.
"Hehehe, kakak Yves, halo!" Gadis kecil, Souline langsung menyapa Yves dengan antusias.
Seperti Olly, Yves juga telah mengenal Souline dan bermain dengannya semenjak kecil.
"Halo bibi Barra, halo Souline. Dari jauh aku telah mencium bau makanan yang sangat enak!" Yves menyapa kedua wanita itu dengan senyum sopan.
"Memang tak diragukan lagi, keahlian bibi Barra dalam memasak memang sangat luar biasa!" Yves duduk di meja makan, di depannya telah ada steak panggang berwarna cokelat keemasan yang berbau sangat harum.
Sebagai seorang tamu, tentunya Yves perlu memuji pihak lain dengan kata-kata baik. Toh keluarga Olly memang sangat baik dengannya.
Bu Barra tersenyum senang, terlihat menikmati pujian Yuves; "Haha, terima kasih atas pujiannya. Yves memang anak yang baik, cepatlah makan selagi masih panas, jika kurang anda bisa memberitahunya kepada saya."
"Anggap sebagai rumah anda sendiri." Barra tersenyum manis ke arah Yves.
Di sisi lain, Olly mulai memutar matanya. Nampaknya ibunya telah tertipu dengan sikap temannya, memang dia terlihat baik, tapi terkadang dia juga bisa berubah menjadi seorang bajingan!
Mungkin orang lain tidak tahu hal ini, tapi sebagai seorang teman masa kecil, Olly sangat mengetahui karakter Yves!
Makan malam yang lezat pun berlangsung dengan hangat...