Chapter 3: Bab 3
Waktu berlalu dengan cepat, ketika bel sekolah berbunyi, Yves masih sibuk dengan eksperimennya, tenggelam dalam rumus perhitungan.
Teman sekelasnya, Olly, mulai mengguncang tubuh temannya beberapa kali; "Hei, buddy, bangun. Bukankah kamu ingin membeli barang di pasar? Mari lekas pergi, jika tidak, ruangan ini akan segera di kunci dari luar."
Fokus Yves terganggu dan akhirnya dia sadar kembali, dia melihat ke arah sekeliling kelas, dan benar saja, seluruh kelas telah kosong.
Di ruangan ini, selain Yves dan Olly, ada juga guru cantik bernama Dana yang masih duduk di bangku guru di depan kelas.
"Guru, aku akan pergi, sampai jumpa minggu depan, semoga akhir pekan anda menyenangkan."
Yves mengemasi barang-barangnya dengan cepat, setelah itu menyapa guru cantik itu dengan jantung berdetak.
Untuk sekarang hanya dialah yang menaruh rasa suka kepada guru cantik itu, tapi nanti dia yakin akan mampu menaklukannya!
Yang dibutuhkan Yves sekarang adalah uang serta prestasi yang baik.
Guru Dana mengangguk sambil tersenyum. Meletakkan buku yang dia baca, Dana berkata dengan lembut; "Oke, jangan lupa untuk meninjau pekerjaan rumah anda."
Olly yang melihat balasan gurunya langsung tercengang, tak pernah sekalipun dia melihat Guru Dana tersenyum semanis ini.
Setiap dia bertemu, guru itu pasti akan selalu terlihat serius. Tak disangka, senyumannya bahkan membuatnya terlihat lebih cantik!
Olly yang masih terpana langsung digeret oleh Yves. Takutnya pria ini akan meneteskan air liur jika terus dibiarkan.
***
Setelah berjalan keluar dari gedung sekolah, Olly akhirnya kembali sadar dari lamunannya.
"Yves, apakah kamu melihatnya? Guru Dana baru saja tersenyum, dia terlihat sangat cantik!"
Tak seperti Olly yang bertindak seperti remaja hormonal, Yves tetap tenang dan terkendali.
Walaupun senyum Guru Dana memang sangat menakjubkan, tapi untuk Yves yang telah mengkonsumsi banyak sekali 'Obat Malam', tentunya dia telah mengembangkan rasa kekebalan tertentu.
"Ngomong-ngomong, kita akan segera lulus, apakah kamu sudah memutuskan untuk masuk ke universitas tertentu?"
Mendengar pertanyaan Eddie, Olly mulai menghela nafas. Deskriminasi terhadap orang keturunan Afrika Amerika di negara ini masihlah tercermin kuat, walaupun tak seperti seratus tahun yang lalu, tapi rasisme memang masih ada.
"Aku tidak tahu, mungkin aku tak akan meneruskan ke jenjang kuliah. Aku akan bergabung dengan tentara."
Olly menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana denganmu? Untuk seorang yang pintar sepertimu, tentunya aku yakin kamu dapat masuk ke setiap Universitas yang kamu inginkan."
"Aku merasa sangat optimis tentangmu, kawan." Olly tersenyum lebar.
"Ngomong-ngomong, datanglah ke rumah-ku malam ini, di rumahmu tidak ada siapa-siapa kan? Lebih baik berkumpul bersama kita."
"Haha, oke, aku akan datang nanti malam."
"Kalau begitu mari pergi."
***
Berjalan di jalanan kota, di pinggir jalan ada banyak orang tunawisma dengan pakaian compang-camping yang menunggu bantuan dari para orang-orang dermawan,
Setelah Perang Dunia Pertama, ketidak seimbangan keuangan internasional menyebabkan krisis ekonimi besar-besaran. Sekarang ini adalah masa Depersi Hebat.
Kiris ekonomi ini menyebabkan inflasi yang tak terkontrol, barang-barang yang telah diproduksi tidak dapat dijual, pabrik-pabrik tutup, dan para pekerja kehilangan pekerjaan mereka.
Khususnya perdagangan saham di Wall Street, hampir setiap hari akan ada orang-orang bangkurt yang melompat dari atas gedung.
Kiris hebat ini tentunya tak hanya mengakibatkan pengangguran besar-besaran, tapi juga melahirkan persentase kejahatan di setiap kota.
Bagi mereka yang berani berjalan di gang gelap, mereka pasti akan berakhir dengan dirampok. Jika korban itu laki-laki, maka mereka akan langsung dibunuh, jika perempuan... Mereka akan dilecehkan sebelum akhirnya dibunuh juga.
Yves dan Olly berjalan menyusuri jalan yang memiliki banyak sekali penjual elektronik.
Daerah ini memiliki hampir segalanya, mulai dari mesin cucui, Tv tabung hitam-putih, serta peralatan rumah tangga yang lain.
Suku cadang dari berbagai jenis pun juga banyak dijual di sini, karena Depresi Bebat, hampir semua barang di sini dijual dengan harga murah. Pokoknya banyak sekali stok yang tak terjual.
McCork Building adalah tempat grosir terbesar untuk suku cadang elektronik. Dikatakan perusahaan ini telah memasok barang-barangnya ke banyak sekali perusahaan militer.
Yves mulai membeli banyak sekali barang, setelah membeli ini dan itu. Yves dan Olly berbagi barang bawahan.
Karena tubuh Yves kurang atletis, tentunya sebagian besar barang yang dibelinya dibawakan oleh Olly.
Yves mulai membeli Starter, Circuit Board, High-density coils, Isolation Tape, Resistor serta beberapa barang lain. Sejujurnya tak banyak barang canggih yang bisa dibeli, toh tahun ini masih tahun 1930an, ilmu pengetahuan era ini masihlah terbatas.
Setelah berbelanja gila-gilaan, Yves memutuskan untuk kembali ke rumah. Adapun barang besar seperti kabel dan resistor yang tak mungkin dia bawa, hal itu akan dikirim oleh pemilik toko ke rumahnya.
"Kamu sangat tak tanggung-tanggung ketika membeli sesuatu, apakah kamu yakin bisa makan setelah membeli seluruh barang ini? Kamu tak bisa terus menampung makan di rumah keluargaku!"
Kata Olly dengan bercanda, keduanya adalah tetangga dekat, terkadang Yves ikut gabung dengan makan malam keluarga temannya.
Sambil mengobrol kecil di jalan, di kejauhan tiba-tiba terliaht sosok kurus seorang pria serta wanita paruh baya yang berjalan berdampingan.
Sekilas, Yves merasa mengenalinya.
Benar, pria kurus itu tak lain adalah calon Captain America masa depan!
Penampilannya persis sama seperti yang telah ditayangkan di sebuab film. Meskipun badannya tipis, tapi matanya terlihat sangat kukuh dan tegas!
Kedua orang itu memegang sebuah Tv tabung hitam-putih, nampaknya mereka akan menjual benda itu.
Melihat penampilan acak-acakan mereka membuat Yves merasa ibah. Selain tubuh kurus kering yang disebabkan oleh kekurangan gizi, pakaiannya juga sangat lusuh, bahkan hampir ditutupi dengan banyak sekali tambalan.
Yves mulai mendekati kedua orang itu. Menjadi seorang Pahlawan memang sulit, tapi akan selalu baik untuk mengenal calon Pahlawan Super masa depan.
"Apakah anda berencana untuk menjual Tv ini?"
Mendengar pertanyaan pria asing itu, Sarah berhenti dan menatap anak muda itu dengan sedikit keraguan.