Chapter 16: Bab 16
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Bibi Sarah, Yves masih ingat akan sikap aneh wanita itu, tapi dia masih tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi kemarin malam.
Mabuk berat membuatnya sedikit menerka-nerka, tapi dia masih tidak mampu mengingatnya.
Jika Yves tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin dia akan tertawa senang layaknya orang gila.
Ketika dia sampai di taman, tiga kriminal melihat Yves muncul. Mereka bertiga segera mengepung pria itu, bukannya ingin merampok, mereka ingin menyambut bos baru mereka. "Tuan, anda datang lagi. Saudara-saudara kita telah menunggu anda untuk waktu yang lama, apakah anda memiliki sesuatu untuk kita lakukan?"
Yves sedikit menjaga jarak dengan mereka, bukannya dia tidak mau, tapi bau badan mereka sedikit mengganggu.
"Sebelum itu, perkenalkan diri kalian terlebih dahulu. Biar aku lebih mudah mengenali kalian"
Para tunawisma itu mengangguk.
"Namaku Carlos, saya dulu anggota geng Beer, tapi geng itu dihancurkan oleh geng Ballistic. Kebetulan saya lolos dan selamat." Pria kulit hitam yang kokoh setinggi 1,8 meter memperkenalkan dirinya.
"Namaku Carmen, saya dulu adalah pencopet. Saya menetap di sini sejak saya kehilangan pekerjaan baru-baru ini. Jika anda mempunyai bisnis yang bagus, aku tidak keberatan untuk bermain dengan anda." Kali ini giliran pria kulit putih, tingginya hampir sama denga Carlos, tapi tubuhnya tidak terlalu berotot.
"Dan aku Luke, aku bersama kakak Carlos. Dulu aku juga anggota geng Beer." Yang terakhir memperkenalkan dirinya.
Yang satu ini jelas terlihat sedikit takut, entah karena takut senapan yang dibawa oleh Yves atau karena alasan lain.
Setelah mendengar perkenalan mereka, Yves merenung sejenak. Setelah itu dia mengambil gaya ala-ala bos besar.
"Oke, sebelum kamu semua menjadi sukses atau tetap menjadi sampah. Sekaranglah kesempatan kalian untuk naik, terserah kalian apakah kalian mau mengikutiku atau tidak."
"Katakan, bos. Selama ada sesuatu untuk dimakan, aku, Carlos akan melakukan yang terbaik!" Carlos menepuk dadanya.
"Hmm, aku ingin bertanya dulu. Seberapa banyak yang kalian tahu tentang geng Ballistic?" Yves tidak tahu kekuatan geng tersebut, tapi dia bisa bertanya.
"Geng Ballistic adalah geng terbesar ketiga di Brooklyn, mereka juga memiliki monopoli bisnis obat-obatan, daging, pemerasan, perampokan, penyelundupan dan hal-hal yang lain."
"Ada juga geng lain yang dipimpin oleh orang Rusia, kudengar mereka memiliki saluran penyelundupan senjata yang baik. Dan nampaknya senjata-senjata itu jauh lebih baik dari geng yang lain."
"Satu-satunya kelemahan dari geng ini adalah, mereka sering bentrok. Selain itu, saya kurang tahu." Carlos yang pernah berada di geng lama tentunya tahu beberapa hal.
Yves mengelus dagunya, "Bagus sekali, aku ingin memulai geng baru. Apakah kalian tertarik untuk bergabung? Aku akan mengarahkan dari balik layar, adapun pemimpin geng tersebut akan dipilih di antara kalian bertiga."
"Bagaimana, apakah kalian punya nyali untuk mencobanya?"
Mendengar hal tersebut, Carlos menjadi serius, "Saya ingin bertanya, apakah hanya kita bertiga saja? Jika hanya kita bertiga, aku khawatir kita bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."
"Oh, jangan khawatir, bahkan jika hanya tiga orang, kalian bisa mengatasi mereka. Yang kalian perlukan hanyalah senjata yang baik." Yves mengangkat alisnya.
"Jika kalian kekurangan orang, kalian bisa merekrut lebih banyak. Ketika kalian berhasil meninggalkan nama, secara otomatis orang lain akan mengikuti anda."
"Kalian sudah berkecimpung di bisnis ini sejak lama, pasti kalian tahu beberapa orang. Aku akan menyediakan senjata, dan kalian yang akan membersihkan rumput. Bagaimana?"
Yves paham betul, era ini tidak sedamai abad ke-21. Ada banyak pertempuran senjata di jalanan hampir setiap hari.
Dengan kemerosotan ekonomi yang sangat parah, kantor polisi yang ada disekitar tidak memiliki banyak tenaga atau bahkan perduli untuk hal-hal ini. Selama geng-geng itu tidak mengganggu warga sipil, pada dasarnya polisi tidak akan mencoba menghentikannya.
Minimnya dana juga merupakan faktor yang menghambat polisi untuk membersihkan geng-geng ini.
"Ini adalah senapan serbu serta lima pistol yang aku bawa. Cukup untuk sekarang."
"Setelah kalian mengumpulkan cukup banyak anggota, kalian dapat mulai merebut wilayah tertentu. Dengan senjata ini, apa sih yang masih kalian takuti?" Yves tersenyum.
"Jika kalian masih takut, lebih baik keluar sekarang. Tetaplah jadi gelandangan dan jangan berharap akan uang ataupun wanita." Yves melemparkan senapan serbu serta pistol-pistol itu ke mereka. Seakan-akan tidak perduli jika mereka bertiga mencoba menghianatinya.
Baik Carmen, Luke dan Carlos saling memandang. Selama yang lain mengangguk, mereka akan ikut.
Kata-kata Yves memberikan mereka kejutan yang dalam. Bagaimanapun, kondisi mereka saat ini telah sebatang kara, jika mati, ya mereka mati.
Mereka dihadapkan dengan dua pilihan. Mati kelaparan atau mati saat bertarung...
"Baik, aku akan ikut, bos. Ngomong-ngomong, kita belum tahu nama anda." Carlos berwawasan luas, langkah pertama adalah mengambil sikap seperti bawahan yang setia.
Apakah ada orang di era ini yang dapat mengeluarkan senjata sekuat itu memiliki latar belakang biasa-biasa saja?
Hal paling dasar yang perlu diketahui oleh gangster profesional adalah mengamati gerak-gerik serta perkataan orang.
"Kalian bisa memanggilku Yves. Oke, aku akan menantikan kabar baik dari kalian."
"Ngomong-ngomong, Luke. Aku masih punya tugas untukmu." Yves mengucapkan beberapa kata di telinga pria itu, setelah itu dia berbalik dan pergi.
Tapi sebelum itu, dia menyerahkan beberapa bungkus peluru serta uang kepada mereka.
Setelah Yves pergi, sang pencopet, Carmen mengambil pistol sambil tersenyum mengerikan.
"Bodoh sekali, apa menurutmu kita akan mematuhinya? Bodoh sekali memberikan senjata kepada kita secara gratis."
Carlos mengambil pistol, memeriksa peluru, setelah itu menembak Carmen tepat di kepala.
Energi kinetik dari peluru tersebut langsung meledakkan kepala lawan.
Luke yang masih belum bereaksi jelas hanya bisa menatap kosong.
"Mereka yang tidak setia tidak perlu hidup. Luke, ikuti aku dan bekerja keras. Suatu hari kita akan menjalani kehidupan yang layak." Carlos membunuh seseorang tanpa berekasi sedikitpun, seakan-akan hal yang sering dia lakukan.
Baru saat itulah Luke menyadari bahwa kakak tertuanya telah membunuh seseorang. Mencoba menekan kepanikannya, dia bertanya, "Kakak, apakah kita berdua akan melakukannya sendiri?"
Carlos menyeka darah yang terciprat di wajahnya, "Tidak, kita akan mengikuti tuan Yves. Aku memiliki firasat bahwa orang itu akan mencapai sesuatu di masa depan. Apakah menurutmu aku sama bodohnya dengan Carmen?"
"Ngomong-ngomong, kita perlu melakukan tugas yang telah diberikan oleh tuan Yves. Jangan bicarakan hal lain kepadaku sebelum tugas ini selesai."
Luka hanya bisa mengangguk tanpa melawan, setelah itu dia mengikuti Carlos keluar dari area taman.
Carlos menatap area taman tersebut, dia mulai meludah. Mulai sekarang dia tidak akan sudi tidur di tempat seperti ini lagi!