Chapter 15: Bab 15
Yves berdiri tepat di depan, um, siapa namanya lagi? Rocca?
Menatap pria yang ada didepannya, bully merasa marah karena berani dilawan. Mengangkat tinjunya, dia langsung mengayunkan tinju itu tepat di wajah Yves!
Suara angin mendesis terdengar dari tinju tersebut, jika kena, maka Yves akan langsung jatuh ke tanah.
Tanpa berusaha menghindar, Yves dengan cepat mengangkat tangan kirinya yang telah dibalut dengan sarung tangan elektronik sederhana. Dia meraih kepalan tangan bully tersebut.
Arus cepat di telapak tangannya langsung menyebar ke seluruh tubuh bully. Arus listrik lebih dari seratus volt langsung menjatuhkan tubuh gemuk lawan ke tanah. Dia berbaring dengan tubuh yang berkedut-kedut.
"Holy shit! Kamu benar-benar menghancurkannya sobat. Hebat sekali!" Olly yang sebelumnya khawatir langsung merasa lega.
"Nak, jangan coba-coba menggangguku lagi. Lain kali bersikaplah lebih baik, jika tidak, tinju ini akan langsung mengenai adik kecilmu."
"Olly, ayo pergi."
Olly menggaruk kepalanya, dia menunjuk pria gemuk yang berbaring di atas tanah sambil berkata, "Apa yang harus kita lakukan dengan orang ini? Dia tidak akan mati di sini kan?"
"Mati? Tentu saja tidak. Dia hanya dirobohkan untuk sementara saja, nanti akan bangun sendiri." Yves tidak cukup bodoh untuk membunuh sesuka hati di sini.
Hei, dia adalah seorang yang cinta damai, bagaimana bisa dia membunuh di depan umum? Setidaknya lakukan secara diam-diam...
Melihat keduanya akan pergi, sidekick lain mencoba menghentikannya, "Jangan pergi, beraninya kamu menyakiti bos, aku akan membalas dendam!" Suaranya serak, seolah-olah orang yang terbaring di tanah adalah ayahnya sendiri.
"Maka temani ayahmu juga." Yves menggelengkan kepalanya. Tanpa omong kosong, di langsung menyetrum antek kecil itu, seketika dia langsung terbaring di tanah.
Setelah itu Yves dan Olly pergi.
Tidak sampai sepuluh menit, Fat Bully dengan anteknya telah kembali sadar.
***
Setelah keluar dari lingkungan sekolah, Olly menepuk-nepuk dadanya. "Lain kali jangan main-main seperti itu, kamu hampir saja menghentikan detak jantungku. Haha, pria sombong itu memang pantas mendapatkannya!" Olly tertawa sambil mengusap air mata kecilnya.
"Tapi, kamu harus berhati-hati. Aku dengar dia memiliki banyak kenalan di dalam geng." Olly berkata serius.
"Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus dilakukan. Kamu fokus berolahraga saja, hal itu akan membantumu masuk ke militer." Yves hanya mengangguk ringan. Kenyataannya, dia telah meningkatkan kewaspadaannya di dalam hati.
Nampaknya dia perlu mempercepat langkahnya. Jika dia ingin berkembang dengan mantap di dunia ini, dia perlu melakukan sesuatu untuk itu.
"Nampaknya aku memang perlu rajin-rajin berolahraga. Militer tahun ini cukup ketat." Kata Olly.
Yves hanya dapat menepuk bahu temannya.
Kembali ke rumah, Yves mandi terlebih dahulu, lalu mengeluarkan jas. Setelah itu dia memasukkan bagian-bagian AK-47 ke dalam ransel.
Sekolah berakhir pukul tiga, dan makan malam adalah pukul enam. Masih ada tiga jam jarak, cukup untuk mengatur beberapa hal kecil.
Anggota geng? Apakah dia perlu khawatir? AK-47 siap melayani mereka!
Di bawah, Bibi Sarah memakai baju baru hari ini. Gaun ungu yang elegan itu menguraikan sosoknya yang montok. Wajahnya sedikit merona, seperti wanita kecil yang bahagia.
Melihat tuan kecil itu mengenakan pakaian formal sambil membawa sebuah ransel. Sarah melihatnya sedikit terkejut.
Dia bertanya dengan curiga, "Tuan Yves, apakah anda akan keluar? Apakah anda akan datang untuk makan malam malam ini?" Ada nada ketidakpuasan, seperti wanita yang telah ditinggalkan.
"Yah, aku punya sesuatu yang harus dilakukan malam ini. Bibi Sarah tidak perlu menungguku, anda bisa makan sendiri. Aku sibuk baru-baru ini."
"Ngomong-ngomong, aku punya sesuatu yang penting untuk diberitahukan kepadamu malam ini. Ini, ambil seribu dolar, anda terima saja dulu. Aku akan menemui anda nanti malam!" Yves menyerahkan uang itu. Anggap sebagai jaga-jaga.
Sarah awalnya ingin menolak, tapi saat mendengar "Rumah Tangga", dia hanya bisa menerima uang itu sambil mencoba menahan emosinya. Memikirkan apa yang terjadi kemarin malam, hal ini membuatnya merona sekali lagi.
Apakah pria ini benar-benar menganggapnya sebagai nyonya rumah?
"Tunggu, tuan Yves. Berhati-hatilah di jalan!"
Begitu Yves ingin pergi, tiba-tiba dia merasa dipeluk oleh Bibi Sarah. Pelukan itu sangat hangat dan nyaman.
Kedua tangan itu sedikit gemetar. Mereka saling berpelukan, tapi apakah ini pelukan 'murni' di antara seorang teman?
Apakah Steve akan memukuli Yves jika dia tahu tentang hal ini?