Return of the Mount Hua Sect (HTL 1634+)

Chapter 27: Chapter 1658. Aku suka orang bodoh seperti itu. (3)



1658. I like stupid people like that. (3)

Taaaaat!

Bahkan saat dia menendang tanah, mata Yoon Jong secara refleks menoleh ke belakang.

Semua anggota faksi dengan cepat mengikuti dengan ekspresi serius di wajah mereka. Semua orang tahu ini. Betapa berbahayanya tempat yang mereka masuki saat ini.

Namun yang memenuhi pikiran Yoon Jong saat ini bukanlah kekhawatiran akan bahaya yang mengintai di depan.

'Apa ini akan berhasil?'

Tidak peduli seberapa banyak ia memikirkannya, ini memakan waktu.

Mengingat tempat-tempat yang telah mereka lalui selama ini, mungkin tidak bisa dikatakan bahwa Wuhan sebenarnya jauh dari Shaanxi, namun yang terpenting bukanlah jarak fisiknya. Jarak relatif penting agar bisa tiba lebih awal dibandingkan dengan Sapaeryeon.

Wajah Yoon Jong yang kembali menatap anggota faksi perlahan mengeras.

Tidak peduli seberapa keras ia berpikir, tidak banyak cara untuk mencapai Wuhan sebelum Sapaeryeon.

Masalahnya, sulit bagi mereka untuk meningkatkan kecepatan secara membabi buta. Segala jenis orang berkumpul dan berlari. Sama seperti faksi mereka yang berbeda dan senjata yang mereka gunakan berbeda, tingkat seni bela diri mereka juga berbeda, jadi pasti akan berantakan.

Jadi ia tidak bisa meningkatkan kecepatan dengan penuh. Saat ia melaju melewati batas mereka, akan ada orang yang tersesat.

Ia mungkin berpikir bahwa tiba di Wuhan tepat waktu adalah prioritas, terlepas dari apakah ada orang yang tertinggal atau tidak.....

'Kecuali kau yakin dengan tujuan Sapaeryeon, kau tidak boleh membiarkan ada orang yang terpisah.'

Jika kita tidak berhati-hati, mereka yang tersesat bisa saja 'dikumpulkan' oleh Sapaeryeon. Ini adalah situasi terburuk yang harus dihindari.

Semakin ia memikirkannya, semakin berat pikirannya.

Cheong Myeong tahu bahwa sejak dia memberi perintah, bergerak seperti kilat adalah hal yang benar. Tidak ada keraguan sedikit pun mengenai hal ini.

Namun, beban mengetahui bahwa kehidupan banyak orang bergantung padanya perlahan-lahan membebani nya.

'Bisakah aku melakukannya?'

Yoon Jong melirik ke samping.

Dia melihat Jo Geol berlari tidak jauh. Wajahnya juga sangat tertekan.

'Dia juga…..'

Yoon Jong menjadi agak pahit.

Bahkan Jo Geol yang biasanya tidak bisa diam dan sibuk bersikap sembrono, mau tidak mau merasa tertekan ketika dia berada dalam situasi ini. Lagipula, posisi budangju itu tidak mudah, jadi tidak mungkin Jo Geol tidak terbebani sama sekali. Sebagai sahyung, ia harus memahaminya lebih jauh.

Saat itu, wajah Jo Geol menjadi sedikit lebih gelap. Yoon Jong membuka mulutnya tanpa menyadarinya.

"Geol-ah."

"….."

"Geol-ah!"

"Ah!"

Jo Geol pasti terkejut dengan suara yang memanggilnya, dan tiba-tiba melakukan kontak mata. Yoon Jong bertanya dengan lembut.

"Apa hal ini terlalu membebani mu?"

"Eh, itu….. Ya, sahyung. Hmm. Ini jelas tidak mudah."

"Iya. Pasti seperti itu."

"Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, aku tidak dapat memikirkan sesuatu yang cocok."

"Hah?"

Jo Geol menjambak rambut ikalnya dengan kedua tangannya.

"Aku rasa aku tidak akan bisa tetap menggunakan 'Gap-Eul-Byeong-Jeong-Mu' meskipun aku mati, tapi 'hitam, putih, merah, biru dan kuning' terlalu jelas…." (ini dia bicarain nama faksinya, kan sementara pakai yang Gap- blablabla itu kan, itu tuh asal namanya dari permainan kartu, si Jo Geol pengen ganti, tapi cuma kepikiran warna doang wkwk)

"….. Ya?"

"Ah! Naga Biru! Bagaimana dengan Cheongryongdang? Kelihatannya klasik, tapi bukan? Tidak…. tidak begitu. Apakah menurutmu Baekhodang lebih baik?"

….. Wajah Yoon Jong mulai sedikit berubah.

"Apa yang kamu khawatirkan?"

"Bukankah Cheong Myeong menyuruh kita untuk memutuskan nama faksinya dengan benar? Kita sebaiknya memilih nama yang sederhana namun melekat di kepala begitu mendengarnya....."

….. Tuduk.

Pergelangan tangan Yoon Jong yang memegang gagang pedang sedikit terpelintir. Dalam hal temperamennya, ini benar-benar…..

"Apa sesuatu seperti nama faksi itu penting sekarang?"

"Oh, sahyung! Pembicaraan santai macam apa yang kau bicarakan? Jika kita salah melakukannya, kita bisa terjebak dalam perkelahian, dan jika kita tiba-tiba memanggil 'Gap' kesini, 'Eul' kesana, semuanya bisa menjadi kacau! Begitu mereka mendengarnya, kita harus punya nama yang bisa mereka ucapkan, 'Ah! Aku harus pergi ke sini!', begitu!"

"Eh….."

Agak sulit untuk membantahnya, kan?

Yoon Jong mengertakkan gigi saat harga dirinya terluka karena tidak bisa berkata-kata kepada Jo Geol, yang bukan orang lain. Jo Geol masih berbicara dengan serius, tidak tahu apa yang Yoon Jong rasakan.

"Lihat ke sana. Bukankah budangju lainnya juga terlihat serius? Semua orang sedang berjuang untuk menemukan nama yang cocok saat ini."

"….. Jika itu masalah yang membuat mereka terlihat serius, Kangho akan hancur."

"Ya? Mengapa?"

"….."

Bukannya menjawab, Yoon Jong menghela nafas panjang. Dia merasa seperti orang paling bodoh di dunia karena mengkhawatirkan pria itu merasa tertekan.

Saat itu, Jo Geol bertanya.

"Tapi bukankah kita harus mempercepatnya sedikit?"

"Tidak mungkin."

"Ya? Mengapa? Menurutku mereka mengikuti dengan baik?"

"Ku pikir ini sudah batasnya."

"Bagaimana apanya?"

Jo Geol memiringkan kepalanya dan melihat ke belakang. Yoon Jong menarik napas panjang dan berkata.

"Mereka mengatakan bahwa metode memimpin dan menggerakkan orang berbeda-beda tergantung ukurannya."

Pandangannya tertuju jauh ke arah akhir grup.

"Semakin banyak orang yang harus dikejar, semakin cepat orang harus berlari dari belakang. Mungkin yang berada di ujung belakang formasi sudah hampir mencapai batasnya sekarang. Mereka yang kemampuan bela dirinya lemah mungkin sudah berada dalam bahaya tertinggal."

"Ya? Kalau begitu, bukankah ini masalah besar? Seseorang harus pergi dan memperbaikinya."

"Dia telah melakukannya."

"Siapa?"

"..."

"Huueeeeeeekkk! Hueeeeekkkk! YA AMPUN, aku sekarat!"

"Ah, berisik sekali!"

"TIDAAAK! Aku benar-benar akan mati!"

Lim Sobyeong, bermandikan keringat, mengerutkan kening dengan mata setengah tertutup. Cheong Myeong meliriknya seolah dia menyedihkan dan menegurnya.

"Bajingan macam apa yang bernama Nokrim King tapi terengah-engah seperti ini? Dia pasti tumbuh besar di pegunungan hanya dengan makan makanan enak!"

"Or, organ setiap orang berbeda-beda! Bagi ku, menggunakan kepala adalah sebuah keterampilan, tetapi menggunakan tubuh bukanlah sebuah keterampilan. Aku terlahir lemah sejak awal!"

"Itukah yang akan dikatakan seorang prajurit?"

"Ti, tidak, bagaimana mungkin aku mengatakan hal seperti itu….."

Tepatnya, ia yakin bahwa ia tidak akan ketinggalan dari orang lain dalam hal menggunakan keterampilannya sendiri. Namun, kekuatan fisik dan daya tahannya…. tidak sama sekali.

Mahkota yang ia kenakan telah basah kuyup oleh keringat yang mengalir dari dahinya, dan seragam sarjananya, meskipun sedikit kusut, menempel erat pada tubuhnya seperti kertas yang direndam air, membuatnya semakin kesulitan untuk berlari.

"Lalu kenapa kau memakai sesuatu seperti itu? Setidaknya lepaskan itu!"

"Kalau sarjana tidak pakai seragam sarjana, lalu pakai apa? Ini adalah harga diriku!"

"Bandit penakut sialan ini mengaku sarjana."

"Bukan itu! Kau terus membahas hal-hal yang tidak boleh kau bahas..... Hueeek! Ughh! Jangan bicara padaku. Aku kehabisan nafas!"

"Aku rasa kau terlihat seperti akan mati. Terakhir kali kita pergi ke Hangzhou, semuanya berjalan lancar."

"Ini berbeda dari dulu…. Ugh! Jangan bicara padaku!"

Im Sobyeong melambaikan tangannya seolah dia tidak punya kekuatan untuk merespon lebih jauh. Ia bahkan tidak mempunyai kekuatan untuk melampiaskan kebencian yang muncul dalam dirinya.

Semua ini karena siapa?

Saat menuju Hangzhou, yang harus ia lakukan hanyalah berlari kencang. Tapi bukan itu masalahnya sekarang, jadi itulah penyebabnya.

"Itu ada yang ketinggalan di belakang."

"Ah, sialan!"

Im Sobyeong yang kehabisan napas, berlari ke arah yang ditunjuk Cheong Myeong dan menopang punggung orang yang tertinggal.

"Te, terima kasih….."

"Kalau kau berterima kasih, suruh dirimu sendiri lari, bajingan….. Sebelum aku menusukkan pisau ke perutmu…. Tidak, lagipula, kau bahkan tidak bisa lari untuk menyelamatkan nyawamu, jadi lebih baik potong saja semuanya dari ujung kaki hingga rambutmu ya? Heh?"

"Hiiii! Ma, maafkan aku!"

Wajah Im Sobyeong yang mengerikan dan menyeramkan tiba-tiba muncul di hadapannya, dan dia merasa ngeri hingga berlari ke depan, memeras semua kekuatan yang dia miliki.

Im Sobyeong tanpa sadar memunculkan sifat aslinya sebagai Nokrim yang mengalir dalam darahnya, kembali menyesuaikan ekspresinya saat melihat ke barisan di belakangnya.

Di matanya, dia dengan jelas melihat deretan orang lain bergerak dan jaraknya semakin lebar. Sifat asli Nokrim yang sebenarnya muncul kembali.

"Berlari! Lari dan jangan ketinggalan, bajingan! Lari lebih cepat!"

Saat Im Sobyeong berteriak dengan getir, mereka yang berada di belakang mengertakkan gigi sekali lagi dan menyusul barisan depan. Im Sobyeong mengutuk dalam hati.

'Brengsek.'

Kekesalan membanjiri dirinya.

Teori dan praktek berbeda.

Jika terbentuk formasi panjang saat bergerak, celah antara depan dan belakang secara alami akan melebar hanya dengan berjalan perlahan. Karena itu barisan belakang harus mengulangi berjalan dan berlari untuk mempertahankan formasi barisan. Jika tidak, akan tercipta celah lebih lebar yang tidak bisa dibandingkan dengan celah awalnya.

Mereka yang tidak tahu banyak mungkin bertanya apa masalahnya jika terbentuk celah yang lebar. Namun, sangat tidak dapat diterima untuk memecah barisan dalam situasi di mana mereka tidak pernah tahu kapan dan di mana sekawanan serigala bernama Sapaeryeon akan menyerang.

Akibatnya, Cheong Myeong dan Im Sobyeong tidak punya pilihan selain berlari kesana kemari seperti orang dengan bunga di kepalanya, menyemangati mereka yang tertinggal dan mendorong mereka maju.

Ya, dia tahu. Itu adalah sesuatu yang harus dilakukan seseorang.

Tetapi!

"Kenapa harus aku yang melakukan itu, kenapa!"

DIa tahu semua ini di kepalanya, tapi ketika aku benar-benar mencoba menghadapinya sendiri, rasanya seperti ingin mati saja.

Mengapa Im Sobyeong yang lemah(?) harus melakukan ini padahal ada begitu banyak pria yang kuat secara fisik di depannya?

Hal yang tidak masuk akal ini jelas merupakan trik si iblis itu.

"Hueeekkk! Huueeekk!"

Pokoknya berkat tindakannya dan Cheong Myeong, Aliansi Teman Surgawi entah bagaimana bisa mempertahankan barisan mereka dan terus berlari. Jika mereka bisa mempertahankannya terus seperti ini, mungkin.....

"King Nokrim."

"….. Kenapa? Apa lagi yang kau ingin aku lakukan."

Im Sobyeong kembali menatap Cheong Myeong dengan wajah kesal. Namun yang mengejutkan, saat wajah Cheong Myeong menjadi serius, dia merilekskan ekspresinya.

Cheong Myeong bertanya.

"Bagaimana menurutmu?"

"Apanya?"

"Tentang diskusi yang sebelumnya."

"Apa yang kau bahas sebenarnya….."

Sinar mata Cheong Myeong sedikit meredup.

"Ada kecenderungan tertentu dalam apa yang 'dia' lakukan. Apa yang dilakukan orang ini sekarang tidak jauh dari kecenderungan itu."

"..."

"Apa benar begitu?"

Wajah Im Sobyeong sedikit mengeras. Mengapa dia menanyakan hal ini?

"….. Ya, seperti yang aku bilang tadi, aku rasa kali ini tidak akan seperti itu, tapi menurut ku dulu pasti ada kecenderungan seperti itu, seperti yang dikatakan oleh Zhuge gaju-nim. Tapi apakah ada masalah dengan hal itu?"

Cheong Myeong yang sedang memikirkan sesuatu dalam diam, segera menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada."

"Tidak, jika kau mulai berbicara, kau harus menyelesaikannya….."

"Hey. Itu ada yang keluar barisan lagi. Lari."

"…..Ugh! Ngeselin banget bangsat!"

Im Sobyeong berlari, menarik lengan bajunya hingga melebihi siku. Api keluar dari matanya.

"Kau bajingan, apa kau benar-benar ingin dikubur di sini saja, hah? Eh? Apa kau dari Nokrim? Apakah orang brengsek ini sudah gila?"

Cheong Myeong yang sedang menatap Im Sobyeong yang berlari menuju orang yang keluar barisan, perlahan mengalihkan pandangannya. Ke arah yang tak terbatas, jauh, melampaui mereka yang berjalan di depan.

Tidak, tepatnya, ke tempat dimana orang-orang yang berada sebelum sampai jauh tak terbatas.

'Jang Ilso…..'

Rasa tidak nyaman yang mendalam menghampiri dirinya. Ada sesuatu yang tidak bisa ia katakan dengan pasti..... Itu pasti sudah berubah.

'Apa yang kau pikirkan?'

Urat biru cerah menonjol di punggung tangan Cheong Myeong saat dia secara naluriah menggenggam gagang pedang.

* * *

Klak.

Kaki bersepatu merah itu perlahan menginjak semak-semak.

"Hmm."

Tatapan orang yang mengenakan jubah panjang berwarna merah diarahkan ke punggung bukit yang berkelok-kelok dan puncak gunung yang tinggi.

Meski masih jauh, puncak yang menyembul di balik awan putih bersih ini memberikan suasana misterius hanya dari bentuk punggung bukitnya.

"Apakah itu tempatnya?"

Ho Gamyeong menjawab singkat.

"Ya, Ryeonju-nim. Itu Wudang."

"Hmm."

Itu adalah kombinasi indah antara rumput hijau, bebatuan berwarna tanah liat muda, dan awan putih bersih. Sudut mulut Jang Ilso melengkung dengan lembut.

"Yah. Tidak ada yang tahu, bukan?"

"….. Ya?"

"Aku ingin tahu apakah tempat itu masih disebut Wudang di masa depan."

Ho Gamyeong menyadari maksudnya dan mengangguk.

"Tentu….. Sekarang akan menjadi tidak pasti."

"Ya, kan?"

Perasaan puas muncul di bibir Jang Ilso.

"Ayo pergi. Dia mungkin sangat menungguku, jadi aku harus memenuhi ekspektasinya."

"Ya. Semuanya bergerak maju!"

Ho Gamyeong segera memberikan perintah. Pasukan besar mulai bergerak lagi.

Jang Ilso yang telah menyaksikan tentara bergerak maju dengan mata ular, melirik ke samping.

"Ku harap mereka tidak terlambat….. Karena itu tidak menyenangkan, kan? Bukankah begitu?"

Kekacauan mengamuk seperti badai di antara matanya yang menyipit dan menantikan sesuatu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.