Chapter 17: Chapter 1649. Ayo Segera, Cepat! (3)
Sementara Baek Cheon memandangi Cheong Myeong yang berlari liar dengan mata kosong, kesadarannya tiba-tiba muncul kembali.
"Ki, Kita harus menghentikannya! Cepat!"
"Eh….."
"Apa yang kalian lakukan, bajingan! Cepat dan hentikan dia....."
"Sasuk."
"Hah?"
"Bukannya sudah terlambat?"
"Eh?"
Baek Cheon melihat pemandangan di depannya lagi.
"Ah."
Ini sudah terlambat. Itu memang benar. Hal terburuk yang bisa dia bayangkan... Tidak, pemandangan mengerikan yang bahkan tidak bisa dibayangkan sedang terjadi.
Duak!
Kaki Cheong Myeong menghantam wajah pendekar pedang keluarga Moyong tanpa ampun.
"Ueerghhh!"
Dengan suara seperti babi disembelih, ia terlempar dan mendarat di tengah-tengah orang yang sedang menonton. Semua orang berdiri tercengang, tidak dapat menerima situasi ini dalam pikiran mereka.
Saat itu, seorang pengemis yang gemetar terlihat di hadapan Cheong Myeong.
"Pengemis brengsek ini!"
"Cho, Chongsa! Aku tidak mengatakan apa-apa…!"
"Jika seorang pengemis tidak bisa peka, kau pantas berakhir, bajingan!"
Duakk!
Cheong Myeong dengan cepat mengambil tongkat dari pinggang pengemis itu dan menghantamnya sekaligus. Pengemis yang kepalanya dipukul oleh tongkat pemukulnya sendiri bahkan tidak bisa berteriak dan terjatuh di tempat, berakhir mengejang.
"Apa? Aturan Aliansi?"
Cheong Myeong berkedip, mencari mangsa berikutnya.
"Sejak aku tiba di sini, aku belum pernah melihat seekor anak pun meminta untuk melihat Aturan Aliansi. 'Menurut Aturan Aliansi?' Apa yang kalian semua tahu tentang Aturan Aliansi?"
"….."
"Oh, baiklah. Hanya satu orang yang harus maju. Kalau setidaknya ada satu bajingan yang tahu apa dan bagaimana tulisannya Aturan Aliansi, kita bisa melewati ini tanpa masalah. Jadi siapa yang berani maju? Sekarang juga."
"Itu….."
Bahkan mereka yang setuju dalam diam pada kejadian yang hari ini pun terkejut dan saling berpandangan. Tidak ada seorang pun yang berani maju dan mengaku benar-benar memahami Aturan Aliansi.
Hal ini wajar.
Karena Aliansi Teman Surgawi belum pernah benar-benar membuat 'Aturan Aliansi' yang tepat. Bagaimana mungkin orang lain memahami sesuatu yang bahkan belum utuh dibuat? Bagaimana mereka bisa mengklaim bahwa mereka telah melihat sesuatu yang belum ada?
"Tidak ada yang tahu?"
Saat Cheong Myeong mendesak, semua orang tersentak dalam diam. Mata Cheong Myeong yang tampak tenang sejenak, kembali bersinar pada saat itu.
"Oh, baiklah. Maka kalian mendapatkannya. Alasan kenapa kalian harus dipukuli!"
Duak!
Seseorang terpental di udara.
"Hi, Hiiiik! "
"Sini! Kemarilah kau, bajingan! Kemana kau lari! "
"Cho, Chongsa! Ji, Jika kau melakukan ini….."
"Hah? 'Jika kau melakukan ini' APA? Jika aku melakukan ini, apa yang akan kau lakukan?!"
Cheong Myeong berlari liar seperti anjing gila dan mulai menyapu kemana-mana.
Namgung Dowi yang menonton tanpa melakukan apapun, berkeringat dingin.
"Bukankah kita seharusnya menghentikannya?"
"…..Kau baru bertanya sekarang?"
"Ta, Tapi meski begitu…."
Jo Geol dengan tenang mengusap dagu dan bergumam seolah dia sedang membicarakan urusan orang lain yang tak berhubungan dengannya.
"Ini adalah pemandangan yang sering kita lihat di masa lalu."
"….. Benar."
"Akhir-akhir ini dia agak pendiam, kan?"
"Menurutku juga begitu."
Jo Geol dan Yoon Jong bahkan terlihat damai dan lepas tangan dari hal di depan mereka. Namgung Dowi yang kebingungan, menoleh ke Baek Cheon kali ini.
"De, deputi ketua sekte! Kita harus menghentikannya, entah bagamana pun….."
"Hmm."
Baek Cheon bergumam seolah dia sangat mengkhawatirkan sesuatu di kepalanya, tapi kemudian mengangguk.
"Aku sudah memikirkannya….."
"Ya?"
"Adalah hal yang benar untuk menghentikannya sebelum dia melakukannya..… Tapi jika sudah terjadi, mungkin lebih baik untuk membiarkan dia menyelesaikannya dengan menyeluruh, bukan?"
"…..Ya?"
"Aku yakin dia punya alasan. Dia bukan anak kecil."
"O, Omong kosong apa itu….."
"Aaaahhh!"
Pada saat itu, orang yang dagunya dihamtam kaki Cheong Myeong melayang ke udara sambil berteriak.
"Sungguh menyegarkan melihatnya. Aku merasa sangat baik sekarang." –ucap Baek Cheon
Namgung Dowi tidak bisa menemukan kata-kata atas reaksi Baek Cheon yang sepertinya tidak berpikir jernih.
'Para bajingan Gunung Hua gila ini....'
Bagaimana mereka bisa bereaksi seperti itu ketika melihat adegan ini? Tidak ada orang waras yang bisa melakukan itu.
"Ini adalah pemandangan seorang Chongsa Aliansi yang memukuli pendekar pedang Aliansi. Bukankah itu sesuatu yang tidak boleh terjadi dimanapun dan kapanpun?"
"Hmm, menurutku orang yang mengangkat pedang dan menyuruh orang-orang yang menentang Aliansi untuk maju melawan tidak akan mengatakan ini, bukan?" (ini pas ch 1636, dowi nantang bawahannya)
"Yah, posisiku sedikit berbeda….."
Suara Namgung Dowi agak pelan, mungkin karena tertusuk ucapannya.
"Ini bukanlah hal baru. Apa masuk akal jika murid tingkat tiga seenaknya mematahkan kepala murid tingkat dua?"
"….. Apakah Gunung Hua juga memukuli orang-orang keluarga Namgung yang berkeliaran?"
"Jika itu Cuma Namgung saja, itu cukup beruntung. Bahkan ada waktu ketika dia menggambar dan mengolok-olok kepala Hye Yeon-seunim yang berasal dari Shaolin. Sebenarnya, dari sudut pandangnya, itu adalah reaksi yang cukup santun."
….. Namgung Dowi menyipitkan matanya.
'Kalau dipikir-pikir.'
Cheong Myeong Orang itu adalah orang yang 'seperti itu' sejak awal. Sekarang hal itu terlintas lagi. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan akhir-akhir ini, jadi ia merasa seperti lupa sejenak.....
"Tapi tetap saja.... Sepertinya ini terlalu berlebihan."
"Sogaju-nim. Pikirkan baik-baik. Awalnya memang seperti itu, tapi kau akan terbiasa. Lebih aneh jika dia hanya melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan."
"Eh….."
Setelah disimak sepertinya benar ya? Namgung Dowi yang bingung hanya menganggukkan kepalanya.
Namun, tidak semua orang seyakin Namgung Dowi.
"A, Apa yang kau lakukan?"
Zhuge Yan yang tadi ditendang oleh Cheong Myeong dan terjatuh, bangkit dan mulai berteriak. Lalu Cheong Myeong yang sedang mencengkeram kerah seseorang yang terjebak di tempat yang tidak menguntungkan dan meninjunya, hanya melirik sedikit ke Zhuge Yeon.
"Apa, apa lagi?"
"Se, Seorang Chongsa Aliansi melakukan kekerasan! Apa hal seperti itu bisa diterima?"
"Ya."
"…..Hah?"
"Aku bisa melakukan itu."
Mulut Zhuge Yeon terbuka lebar.
"Bi, bisa? Omong kosong macam apa? Siapa yang memutuskan hal itu?"
"Aku."
"….. Ya?"
Wajah Zhuge Yeon, yang hendak membalas dengan tajam, tiba-tiba menjadi kosong. Cheong Myeong berbicara lagi dengan suara rendah.
"Aku yang memutuskan. Kenapa?"
"….."
"Tapi bajingan ini hanya membuatku kesal?"
Cheong Myeong menangkap orang yang sedang berjuang untuk melepaskan diri darinya dan melemparkannya ke arah Zhuge Yeon. Zhuge Yeon terkejut dan secara refleks menghindar tanpa dirinya sadari.
Gedubrak!
Yang terlempar jatuh ke tanah dan Cheong Myeong mendecakkan lidahnya.
"Aku, aku, dasar keparat tak bermoral. Paling tidak aku akan menangkapnya." –cerca Cheong Myeong
"Bu, bukan. Kau sendirilah yang melemparkan orang itu....."
"Aku Chongsa-nya, bajingan. Jadi, apakah aku yang memutuskan, ataukah kamu?"
Mulut Zhuge Yeon tertutup sekali lagi. Melihat sekeliling, sepertinya tidak ada yang maju untuk membelanya.
Hal ini wajar.
Kalau dia hanya punya argumen, kita bisa membantah dan berdebat dengannya. Kalau yang dia punya cuma wewenang, kita bisa protes. Dan kalau yang dia punya hanyalah kekuatan, kita bisa bekerja sama dan melawannya. Tetapi, melawan seseorang yang memiliki argumen, wewenang, dan kekuatan menjadi satu, adalah hal tidak masuk akal. Tidak ada yang berani melakukan itu.
Namun sekarang, Zhuge Yeon juga tidak bisa mundur dengan mudah.
"Cho, Chongsa hanya akan menentukan semuanya sesuai keinginanmu sendiri?"
"Ya, memang begitu? Apa ada yang tidak beres?"
Cheong Myeong mendekati Zhuge Yeon dengan langkah agresif. Zhuge Yeon tersentak, mundur tanpa menyadarinya.
"Aliansi Teman Surgawi adalah aliansi faksi ortodoks. Bagaimana tempat seperti itu bisa menetapkan aturan yang memungkinkan atasan menghajar bawahan sesuka mereka!"
Cheong Myeong mendengus mendengar kata-kata Zhuge Yeon.
"Orang ini mengatakan hal yang tidak masuk akal. Aku bukan preman gang belakang, jadi aturan macam apa itu?"
"I, Itu benar! Kalau begitu, tentu kau tahu bahwa apa yang dilakukan Chongsa saat ini adalah tindakan yang berlebihan dan salah..…"
"Omong kosong." ("Bacot.")
Cheong Myeong terkekeh sebelum mendengar semua yang ingin dikatakan orang lain.
"Bajingan ini membuat mulutku sangat kotor. Hei, apa kau pikir aku memukul mu hanya karena aku tidak menyukaimu?"
"Lalu apakah ada alasan lain?"
"Protes."
"….. Ya?"
"Protes terhadap budangju. Apakah ada alasan lain selain ini?"
"Ka, Karena protes?!"
Mata Zhuge Yeon langsung beralih ke Hye Yeon. Wajah Hye Yeon pucat dan kaku. Zhuge Yeon mengerutkan wajahnya dan berteriak.
"Kami hanya membahasnya berdasarkan penilaian bahwa instruksi budangju itu tidak masuk akal! Bagaimana itu bisa menjadi protes...."
"Ya, itu sebuah protes." –tegas Cheong Myeong
"Hah? Kenapa…."
"Kenapa?"
Senyuman menghilang dari wajah Cheong Myeong yang selama ini tersenyum.
Duk.
Dan dalam sekejap, jarak mereka diperpendek, Cheong Myeong muncul di hadapan Zhuge Yeon dan mencengkeram lehernya.
"Ugh….."
"Sepertinya kau salah memahami sesuatu."
Cheong Myeong menatapnya dengan dingin. Zhuge Yeon yang lehernya dicengkeram, bahkan tidak bisa menjawab, apalagi melawan. Ia hanya gemetar di sekujur tubuhnya.
"Apa kau tau apa itu masa perang?"
"….."
"Dengan penampilanmu, sepertinya kau pernah membaca buku hukum militer, jadi kau harus tahu apa itu masa perang, dan apa itu protes. Katakan dengan mulutmu. Apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang bukan pemimpin di masa perang."
"Ugh…"
Pupil Zhuge Yeon sedikit bergetar.
"Di masa perang, kekacauan yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat lebih fatal daripada keuntungan kecil yang ditimbulkan, dan itulah sebabnya ada kebijakan tersendiri di masa perang. Dasar bajingan bodoh."
Niat membunuh Cheong Myeong menembus Zhuge Yeon.
"Kenapa? Apakah kau merasa muak melihat seorang anak muda duduk di atas posisi mu dan memberi arahan? Apakah menurutmu kau jauh lebih benar dan hebat? Apakah menurutmu akan melegakan jika orang lain memprioritaskan apa yang kau katakan daripada mengikuti mereka?"
"I, Itu….."
"Kalau begitu buktikan kemampuanmu di medan perang, bajingan. Jangan hanya mengolok-olok orang dengan mulut pintarmu."
Duakk!
Cheong Myeong mengangkat Zhuge Yeon dan melemparkannya sembarangan.
"Huk! Uhukk!"
Zhuge Yeon memegangi lehernya dan terbatuk-batuk seolah hendak memuntahkan paru-parunya. Cheong Myeong menatapnya seperti sedang melihat serangga, dan kali ini dia memelototi semua orang. Mereka yang ketakutan segera mengalihkan pandangan mereka.
"Itu sama untuk semua orang. Jika kalian menciptakan suasana yang tepat, apakah kalian pikir kalian bisa bermain dengan setidaknya satu orang kecil?"
"Cho, Chongsa….. Bukan seperti itu…."
"Bahkan bajingan yang mengatakan tidak melakukan itu pasti berpikir setidaknya akan lebih nyaman dengan cara itu. Bukankah begitu?"
Tidak ada jawaban kembali.
Memang benar tidak ada yang secara aktif melindungi Hye Yeon, dan sulit untuk menyangkal perkataan Cheong Myeong.
Cheong Myeong melanjutkan dengan dingin.
"Jangan salah paham."
"….."
"Alasan ku membentuk faksi di Aliansi dan menunjuk dangju dan budangju bukan untuk menampung keluhan kalian semua. Aku melakukannya agar aku dapat membuat faksi berjalan dengan baik, meskipun itu berarti menggorok leher mereka yang tidak mendengarkan."
Kali ini, pandangan Cheong Myeong beralih ke budangju yang berkumpul. Para budangju tersentak dan diam-diam menundukkan kepala.
"Ini terakhir kalinya aku melihat kebodohan ini."
"….."
"Mulai saat ini, jika ada yang memberontak terhadap budangju atau dangju, semuanya akan dihukum, apa pun alasannya. Ingatlah dengan jelas. Tidak ada lagi sekte. Itu berarti..…"
Suara Cheong Myeong seperti lolongan binatang buas.
"Sekarang, tidak ada seorang pun yang melindungi kalian dari apa yang telah kalian lakukan. Menjadi anggota Aliansi berarti hukumanmu sekarang akan ditentukan oleh Aliansi."
Suara itu menembus telinga semua orang di kerumunan dengan tajam dan jelas. Bahkan anggota faksi lain yang berkumpul untuk menyaksikan apa yang terjadi pun bergidik.
"Jika ada yang ingin menguji apakah ini hanya ancaman atau nyata, lakukanlah. Aku juga merasa nyaman untuk memiliki setidaknya satu contoh. Aku akan membuktikan dengan jelas bahwa Chongsa Aliansi ini bukanlah orang yang berbicara omong kosong."
Segera setelah Cheong Myeong selesai berbicara, keheningan terjadi begitu berat hingga sulit untuk menarik napas terjadi. Itu adalah saat ketika semua orang hanya menunduk menatap kaki mereka sendiri, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Apa yang sedang terjadi?"
Seseorang mendekat melalui kerumunan.
Jalan itu perlahan terbuka ke kiri dan kanan, dan tak lama kemudian orang itu muncul. Pada saat itu, wajah para pelaku, termasuk Zhuge Yeon menjadi pucat.
Tuk.
Itu adalah Tang Gun'ak si Raja Racun.
Dialah yang memimpin faksi ini bersama dengan budangju Hye Yeon, ia menatap semua orang dengan wajah dingin dan perlahan membuka mulutnya.
"Aku harap ada yang bisa menjelaskannya. Tentang apa yang terjadi di sini."
Suara tajam seperti pisau itu menimpa semua orang.
"Semuanya, tanpa terkecuali."
Mereka memejamkan mata karena pasrah saat menyadari kemarahan Raja Racun yang semakin besar.