Chapter 25: Bab 25
Keesokan harinya, Yves bangun dengan pinggang yang terasa sedikit kaku. Walaupun latihan malam tersebut sangat melelahkan, tapi Yves senang melakukannya, keke~
Pagi-pagi sekali, Yves berangkat ke sekolah. Seperti biasa, Olly selalu menemaninya, tapi di pagi tersebut ada sedikit kejadian yang bisa dibilang aneh.
Pem-bully itu berinisiatif untuk meminta maaf kepada Yves serta mengundangnya makan. Yves menerima maafnya seakan bukan masalah besar, tapi dia menolak ajakannya. Di rumah ada Bibi Sarah yang cantik, terus kenapa dia harus menemani pria gemuk ini makan?
Pokoknya pem-bully itu telah menerima pelajaran dari ayahnya dan semua masalah di sekolah beres.
Di ruang kelas, Yves melamun memikirkan sesuatu. Hari ini guru Dana masih tidak hadir, nampaknya masih lelah sebab pertempurannya dua hari yang lalu. Yves ingin segera menemuinya, tapi kelas masih belum berakhir.
Di siang hari, Yves mencoba mempelajari buku-buku biologi. Jika dia ingin menjadi lebih kuat, salah satu pilihannya mungkin Serum Super Soldier. Dengan Serum tersebut, dia dapat menjadi kuat dengan cepat! Tapi membuat hal semacam itu sangat sulit.
Pilihan juga pilihan yang lain, yaitu menggunakan teknologi canggih seperti Iron Suit. Tapi hal itu membutuhkan teknologi yang sangat canggih untuk membuatnya.
Selain itu dia juga harus pandai dalam fisikia, manufaktur mekanik serta membuat kecerdasan buatan. Hal tersebut juga memerluka reaktor yang mana masih tidak bisa dia buat saat ini. Jadi kedua ide tersebut hanya Yves Skip!
Tidak ada banyak pilihan yang tersisa. Hmm... Apakah dia harus pergi menemui Ancient-one di Kamar-Taj? Ataukah dia perlu menemukan John dari keluarga Zatara untuk belajar sihir?
Atau pergi ke Hydra dan menjadi Winter Soldier? Meminta bantuan Dormamu sang penguasa Dimensi Kegelapan? Menjadi Vampir?
Semua plot yang dia tahu hampir tidak berguna di timeline ini! Yves merasa sedikit frustasi, mungkinkah dia perlu menunggu Wonder Woman muncul? Kemudian saat dia mendapat masalah dia hanya perlu berteriak, "Istriku, tolong selamatkan aku!" Begitu?
Meskipun Yves terkadang tidak tahu malu, tapi dia masih memiliki harga diri! Meminta bantuan kekasihnya terlalu berlebihan.
Ketika Yves kemali ke rumah di sore hari. Dia melihat seorang tamu wanita berseragam polisi yang duduk di ruang tamu. Rambut Emas keperakannya diikat dengan gaya ekor kuda.
Wanita itu memancarkan aura heroik serta tempramen yang kokoh. Aura seperti itu pasti hanya bisa didapat setelah memiliki pengalaman yang nyata di lapangan! Kemungkinan besar dia telah membunuh seseorang...
Melihat Yves masuk, wanita itu tiba-tiba memeluknya dengan air mata yang berlinang.
"Bocah, aku sangat menghawatirkankmu! Sudah kubilang aku akan segera kembali, bukan? Terus kenapa kamu masih melakukan eksperimen secara diam-diam! Bahkan kamu hampir meledakkan dirimu sendiri bulan lalu." Wanita itu melanjutkan, "Jangan lakukan hal-hal berbahaya itu lagi, oke? Kakakmu akan membiayamimu mulai dari sekarang."
Pada awalnya Yves bingung, sebenarnya siapa sih wanita ini. Kenapa dia sangat 'antusias' saat menemuinya?
Tapi sesaat kemudian Yves mengingat sesuatu, bukankah wanita ini saudaranya?
Tapi Yves tidak memiliki kegembiaraan apapu saat bertemu dengannya, meskipun dia memiliki ingatan Yves yang asli, tapi dia tidak memiliki perasaan yang sama. Jadi sulit untuk menanggapi antusias kakaknya.
"Oh, wanita tua, tolong lepaskan aku! Duduklah di sana, kenapa kamu tiba-tiba kembali?"
Sera tidak ingin melepaskan Yves. Untuk adik laki-lakinya sendiri, sudah lebih dari satu bulan semenjak pertemuan terakhir mereka!
"Adik, jangan bertindak sok kuat. Juga, panggil aku kakak perempuan! Siapa wanita tua yang kamu katakan? Lihatlah aku, apakah aku terlihat setua itu?"
Setelah sedikit perjuangan, akhirnya Sera melepaskan pelukan beruang tersebut. Yves yang dihimpit oleh dua gunung lembut akhirnya bisa bernapas lega, hampir saja dia mati lemas di dalamnya!
"Ghmm, kenapa wanita tua kembali? Bukankah kamu sangat sibuk?" Tanya Yves sambil menatap kakak perempuannya.
Mendengar jawaban adiknya, Sera langsung memutar telinga adik kecil itu. Dia mencoba berperilaku galak, tapi sebenarnya dia tidak menggunakan banyak tenaga, takut menyakiti adik tercintanya.
"Bocah nakal, apakah kamu sebegitu tak inginnya melihat kakakmu pulang? Tugas kakak di kepolisian telah selesai, sekarang aku telah dipindahkan lagi ke daerah ini."
"Mulai sekarang aku akan mengawasimu! Jangan mencoba mempermainkanku lagi, tidak akan ada eksperimen berbahaya lagi di rumah ini. Jika terjadi sesuatu pada anda, orang tua kita akan sangat sedih di surga. Selain itu mereka juga telah menugaskanku untuk merawatmu dengan baik!"
Sambil berbicara, Sera meneteskan air matanya. Mengingat kepergian orang tuanya, hal ini membuat hatinya merasa sedikit sakit.
Telapak tangannya yang memiliki bekas kapalan karena pelatihan keras bertahun-tahun, dengan lembut mengelus kepala Yves.
Yves ingin ikut sedih juga, tapi dia tidak bisa! Yves lagsung duduk di samping wanita itu. "Merawatku? Tidak perlu, aku sudah diterima di MIT dan aku akan segera pergi ke Massachusetts dalam setengah bulan. Tidak perlu menghawatirkanku, kakak bisa melanjutkan karirmu."
"Aku juga sudah memiliki Bibi Sarah yang bisa mengurusku."
Saat membicarkan Bibi Sarah, kebetulan wanita lemah lembut itu datang dengan dua cangkir teh.
Adapun urusan keluarga dua saudara kandung itu, Sarah tidak dapat berbuat banyak. Dia ingin berpatisipasi, tapi dia tidak bisa. Jadi dia hanya bisa menundukkan kepalanya sambil melakukan kegiatannya sendiri.
Tapi ada sesuatu yang jelas semenjak kedatangan saudara perempuan Yves itu. Entah kenapa wanita itu menatapnya dengan tatapan permusuhan, apakah dia telah menyinggung perasaan wanita itu? Sarah sedikit bingung.
"Bocah nakal, berani-beraninya kamu berbicara seperti itu kepada kakakmu sendiri!" Sera tampak sangat marah sambil mengepalkan tinjunya. Meski begitu, Sera yang marah terlihat masih sama cantiknya ketika dia tersenyum...
Beberapa saat kemudian, kemarahan Sera mulai mereda. "Yves, jangan marah... Aku tahu kamu marah karena kakakmu tidak datang menemuimu selama satu bulan lebih. Saat itu kakak memang sedang dalam misi, tapi sekarang misi itu selesai."
"Kakak bisa menemanimu lagi mulai dari sekarang, jadi jangan marah lagi, oke?"
Kata Sera dengan nada meminta maaf, jauh di dalam hatinya, dia merasa sedikit bersalah karena telah meninggalkan adiknya sendiri. Bahkan dia tidak meninggalkan kabar apapun kepadanya, tapi apa boleh buat, misinya sangat penting.
"Tunggu..." Tiba-tiba Sera mengingat sesuatu.
"Baru saja kamu bilang bahwa kamu diterima di Massachusetts Institute of Technology? Ya tuhan, sejak kapan kamu menjadi begitu pintar!"
Sera merasa sangat terkejut, kabar ini sangat luar biasa baginya, tapi dia tetap tidak mau mempercayainya! Apakah semua ini mimpi?
"Tunggu, bukankah satu bulan yang lalu rumah ini meledak? Hei, Yves, apakah kamu mengalami luka? Beri tahu kakak cepat!" Sera teringat sesuatu hal yang lebih penting lagi.
Sekarang rasa bersalahnya tumbuh. Kejutan tentang Yves yang diterima di MIT dia kesampingkan dulu. Apa yang dia khawatirkan sekarang tak lain mengenai ledakkan yang terjadi sebulan yang lalu, dia takut Yves mengalami luka!
"Yah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku baik-baik saja." Yves mengangguk.
"Soal aku diterima di MIT, bukankah hal ini normal? Jika tidak ada urusan yang lain, maka aku akan kembali ke kamarku dulu."
"Ngomong-ngomong, wanita itu adalah bibi Sarah, seorang pembantu yang aku kerjakan. Dia ibu temanku." Yves mengenalkan keduanya secara singkat, setelah itu dia kembali ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Sera yang melihat adiknya ingin menghindarinya langsung merasa sedih, dia menggigit bibir merahnya dengan ringan. Kegembiraan awal melihat adik laki-lakinya juga berkurang.
Sesaat kemudian, dia memandang ke arah seorang wanita paruh baya priang yang cantik, mengangkat kepalanya, Sera berkata, "Apakah kamu Sarah? Apa yang sebenarnya terjadi dengan adikku? Duduklah ke sini, ceritakan tentang dia. Yves nampaknya telah banyak berubah!"