Marvel Dc: Pahlawan Bajingan

Chapter 1: Bab 1



Amerika serikat, di sebuah sekolah menengah California.

Seorang anak laki-laki duduk dibangku sekolah sambil menguap bosan.

Di depan kelas, guru menjelaskan pengetahuan dasar fisika kepada murid-muridnya.

Yves menatap guru itu dengan tak berdaya, seluruh pelajaran ini hanyalah omong kosong yang sangat membosankan.

Kelas ini cukup berantakan, ada banyak sekali alat yang terdapat di setiap meja murid, alat ini akan digunakan para siswa untuk merakit beberap gaget yang biasa mereka bayangkan.

Sedangkan guru hanya akan minum kopi sambil membaca sebuah koran di podium kelas.

Pendidikan bebas ala Amerika ini jelas tercermin sepenuhnya saat ini. Jika anda seorang jenius, maka kelas ini adalah tahap dimana anda bisa tumbuh. Jika tidak, maka anda bisa menikmati saat-saat bersekolah yang menyenangkan ini...

Guru fisika telah menyelesaikan pengajarannya, sekarang digantikan dengan kelas eksperimen yang mana membebaskan setiap pelajar untuk merakit sesuatu sesuka mereka. Akhirnya pelajaran membosankan digantikan dengan kelas santai

Yves memiringkan kepalanya sejenak, sudah sekitaran sebulan semenjak dirinya ter-isekai ke dunia ini, dalam satu bulan ini akhirnya dia tahu di dunia mana dia berada.

Kalau ngomongin soal ter-isekai, aku takut semua orang akan mengatakan bahwa hal ini hanyalah omong kosong belaka. Tapi, hei, buktinya hal ini terjadi padanya...

Tahun ini adalah tahun 1938, tahun sebelum Perang Dunia ke-2 dimulai. Di dunia ini ada Stark Industries yang sangat Yves kenal, tapi di sisi lain juga ada Gotham City dan juga Metropolis, hal ini tentunya sangat membuatnya bingung dan terkejut.

Dua hal dari alam semesta berbeda sekarang bergabung menjadi satu dunia? Sungguh tak jelas apakah dunia ini adalah dunia Marvel atau dunia DC.

"Hei, Yves, jangan melamun terus, guru meminta kita untuk menguji prinsip pembangkit listrik."

"Hei, jangan hiraukan aku, apakah kamu mengantuk? Jangan bilang kamu bermain game semalaman?"

Seperti dalam setiap karya fiski novel, protagonis akan selalu ditemani dengan beberapa teman kecil masa kecil di sisinya. Olly namanya, pria ini adalah keturunan Afrika Amerika, temannya semenjak sekolah menengah pertama.

Yves menggelengkan kepalanya sambil mengangkat bahu, "Tidak juga, aku hanya melakukan beberapa eksperimen kecil tadi malam. Tak ada waktu untuk bermain game, aku berpikir bahwa aku akan segera menemukan sebuah penemuan yang hebat!" Katanya dengan santai, setelah itu Yves mengambil sebuah sekrup dan beberapa bagian alat untuk mulai merakit.

Di atas meja Yves terdapat sebuah benda bulat yang cukup aneh, benda itu dibuat dengan besi serta di lilit kawat di beberapa bagian. Dari jauh, detail kecil yang ada di tengah mungkin tak akan kelihatan, tapi dari dekat, bagaimana aku harus mengatakannya? Nampaknya benda ini terilihat sangat akrab.

Siswa lain mungkin akan tertawa ketika melihat teman kelas mereka membuat benda aneh seperti ini, tapi untuk Yves? Dia akan menertawakan mereka balik, benda ini tak lain adalah Arc Reactor yang terkenal!

Yah... Walaupun ini hanyalah tiruan, umm... Tiruan yang sangat kecil. Tentunya Yves masih belum mampu membuat sebuah reaktor asli, jadi dia hanya bisa membuat replikanya kekeke.

Semenjak dia ter-isekai ke dunia ini, hadiah yang diberikan tuhan kepadanya sangat sederhana. Tidak ada cheat, ataupun kekuatan super, tidak sama sekali.

Tapi hei, setidaknya dia mendapat sebuah Vila kecil serta banyak sekali buku yang telah diwariskan oleh ibu serta ayahnya di dunia ini. Tidak kurang dan tidak lebih, apakah nasib ini mengenaskan? Tidak juga, walaupun tak mendapat System, tapi masih ada banyak cara untuk mencapai puncak kehidupan.

Untuk sekarang dia tak perlu mengeluh, kedepannya pasti akan ada kesempatan bagus yang bisa meningkatkan kekuatannya.

Melihat temannya yang sibuk merakit sebuah benda aneh, hal ini membuat Olly menjadi curiga serta sedikit tahut. Bukannya dia tak percaya dengan teman lamanya ini, hanya saja sebulan yang lalu ayahnya Yves ini melakukan eksperimen yang hampir membuat nyawa anaknya melayang.

Untungnya keberuntungan Yves tinggi, dia masih selamat dari kejadian mengerikan itu.

'Apakah pria ini akan meniru jejak ayahnya?' Olly bergumam dalam hati, keringat kecil mulai muncul di pelipisnya.

Yves yang melihat mata curiga serta takut temannya hanya bisa terkekeh kecil. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan lawan saat ini.

Tepat sebulan yang lalu pemilik tubuh asli terbunuh oleh seorang agen yang meledakkan seluruh gedung iptek dengan bom intensitas tinggi, kejadian ini terkait erat dengan orang tuannya yang bekerja di gedung tersebut. Kemungkinan besar juga terhubung dengan orang-orang Militer.

Untung saja Yves yang saat itu berada di sana hanya terkena gelombang kejut dari ledakan tersebut.

Tentu saja insiden ini menimbulkan kejutan tertentu pada saat itu, bagaimanapun ayah Yves adalah seorang ilmuan top.

'Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.' Mungkin quote klasik inilah yang tertempel erat kepada Yves, ayahnya seorang ilmuan top, tentunya anaknya pasti tak akan berbeda jauh kan?

"Hei kawan, jangan menatapku seperti itu, bisa-bisa orang akan berpikir bahwa kamu seorang gay. Percayalah, aku tak sedang membuat sebuah bom!" Yves berkata dengan nada bercanda, terlihat sangat santai serta alami.

Mendengar balasan temannya, Olly langsung menghela nafas lega sambil menepuk dadanya beberapa kali, "Syukurlah, kupikir kamu akan membuat benda berbahaya. Kalau kamu mati, terus siapa yang bisa aku ajak bermain di masa depan?"

"Jangan sia-siakan nyawamu, teman. Ayahmu seorang ilmuan top, pasti kamu akan mencapai gelar yang sama di masa depan!" Olly berkata sambil mengangguk beberapa kali.

"Ngomong-ngomong, apakah kamu akan ikut bermain di taman sepulang sekolah nanti?"

Tahun ini adalah tahun 1930-an, tentunya tak ada alat menarik seperti smartphone, komputer, dll. Bahkan kualitas film di tahun ini sangatlah buruk, sangat susah untuk mencari hiburan cepat.

Satu-satunya hal yang bisa menyenangkan anak-anak mungkin dengan bermain kartu atau petak umpet. Tapi apakah Yves mau melakukan hal ini? Tentu saja tidak, akan sangat memalukan untuk bermain dengan anak-anak sebagai orang dewasa sepertinya.

Yves memiliki jiwa dengan usia dua puluhan, terus anda ingin dia bermain dengan anak-anak kecil ini?

"Maaf kawan, mungkin aku tak akan bisa menemanimu bermain." Yves menggelengkan kepalanya.

"Yah, sudah kuduga kamu akan mengatakan hal ini. Aku tahu kamu lebih suka membaca dari pada pergi ke taman untuk bermain." Olly tersenyum lebar, menunjukkan gigi putih cemerlangnya ke arah Yves.

"Orang harus selalu melihat masa depan, sobat. Aku tak bisa terus bermain dan bersantai-santai."

"Ngomong-ngomong, jika kamu tertarik, mungkin bisa temani aku ke pasar malam ini? Aku memerlukan beberapa bahan untuk eksperimenku selanjutnya."

Yves mengundang teman baiknya dengan ramah. Dengan fisik temannya yang kuat, tentunya hal ini akan meringankan bebannya saat berbelanja nanti.

Melihat fisik temannya, Yves sedikit iri, bahkan sebelum benar-benar dewasa, tubuhnya telah terdefinisi dengan otot-otot yang kuat! Memang orang keturunan Afrika Amerika memiliki kecenderungan fisik yang baik.

Mendengar permintaan temannya, Olly terlihat sedikit cemberut dan meremahkan. Dia tahu sangat baik karakter temannya, pria ini tak lain adalah bajingan.

Setiap kali dia mengatakan sesuatu hal yang baik, pasti dia akan membuatnya menjadi seorang kuli.

"Pastikan untuk tak membeli dengan berlebihan, aku tak mau mengangkat semua barang-barang belianmu!"

"Tapi jika anda membayarku sepuluh dollar... Hehehe~" Nah ini, jurus Olly akhirnya diluncurkan. Jika dia dibayar, tentunya dia akan membantu temannya dengan senang hati.

Sepuluh dollar untuk bantuan mengangkat barang? Tahun ini bahkan masih belum menyentuh tahun Perang Dunia ke-2, dan pria ini meminta sepuluh dollar?

Satu dollar era ini mampu memberi makan tiga orang keluarga selama satu minggu!

"Dasar serakah, sekarang aku menyesali untuk berteman denganmu!" Yves berkata dengan nada bercanda, "Gimana kalau aku mentraktirmu makan?"

"Setuju!" Olly langsung mengangguk, tentunya sepuluh dollar itu hanyalah ungkapan candanya. Dia sangat tahu ekonomi temannya.

Setelah percakapan singkat itu, Yves kembali melanjutkan eksperimen sederhananya.

Di dalam kelas ini mungkin hanya Yves yang terlihat benar-benar serius, kebanyakan siswa lain telah tertidur karena betawa bebasnya kelas hari ini.

Di dunia yang penuh marah bahaya ini, Yves tak bisa terus ber-santai-santai, yang bisa dilakukannya sekarang hanya terus berjuang serta mengasah pengetahuannya.

Pengetahuan ini akan dia rubah menjadi sebuah senjata untuk melawan musuh masa depan!

Sekarang ini Gotham City telah muncul, hal ini berarti bahwa dalam Perang Dunia ke-2, Wonder Woman juga akan muncul, di susul oleh Captain America, Steve Rogers!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.