Chapter 11: Bab 11
Pertarungan dua lawan dua itu terus berlangsung, dan baru setengah jam berikutnya Ives dan Biscuit berhasil memojokkan mereka berdua.
Stab!
"Howl!" Serigala kedua melolong kesakitan ketika lawan menusukkan cakarnya ke dalam perutnya. Setelah beberapa menit berjuang, monster itu menghembuskan napas terakhirnya... dia mati dengan senjatanya sendiri.
"Biscuit!" Ives melemparkan parangnya ke monster pertama. Parang itu langsung menancap ke lengan kanannya.
"Makan ini!" Biscuit menebas secara horizontal, menargetkan leher lawan.
"Gr- gr- gr-" Monster itu memegangi lehernya sambil mengeluarkan suara serak yang terputus-putus. Di depannya adalah gadis muda yang telah menggorok lehernya. Tak pernah dalam hidupnya dia berpikir akan dibunuh oleh apa yang dia sebut mangsa. Matanya menjadi semakin buram, saat pandangannya berubah hitam, tubuhnya yang dingin menghantam tanah dengan bunyi keras.
Menyaksikan monster itu telah mati, Biscuit menyandarkan punggungnya ke pohon. Dia berkeringat dan kelelahan.
"Biscuit, Biscuit, kamu baik-baik saja?" Ives mendekat sambil menyeka darah yang mengotori wajah gadis itu.
"A-aku baik-baik saja." Biscuit sedikit tergagap. Dia memang baik-baik saja, terus mengapa dia tergagap? Ini karena pria itu tiba-tiba bertelanjang dada dan mengusap wajahnya dengan pakaiannya. Melihat tubuhnya yang perkasa, hal ini tentunya membuat jantungnya terpompa.
"Bagus." Ives mengangguk. Setelah menyeka darah yang mengotorinya dan Biscuit, dia pergi ke tengah jalan lalu melihat ke atas. Hari masih siang, mungkin sebentar lagi sore, masih ada waktu sebelum tengah malam nanti.
"Biscuit, mari istirahat dulu untuk memulihkan energi kita."
"Aku tidak keberatan, tapi aku khawatir akan ada monster lain yang menyerang."
"Aku telah telah mengawasi sejak tadi, nampaknya monster-monster ini tidak pergi ke dekat area pintu rahasia. Kita bisa istirahat di sana." Ives menunjuk ke arah belakang. Kebetulan jarak area yang dia maksud hanya beberapa ratus meter dari tempat mereka sekarang.
"Baiklah." Biscuit mengangguk dan ingin berdiri. Melihat pria itu mengulurkan tangannya, Biscuit tersenyum dan meraihnya dengan sepenuh hati.
"Sebelum itu mari ambil satu lagi cakar serigala itu, untuk jaga-jaga." Ives membuang parang yang telah patah karena pertarungan barusan. Mendekati mayat serigala itu, dia memutusnya dengan cakar serigala yang dipinjamkan oleh Biscuit. Dengan satu set cakar ini, sekarang dia bisa bermain layaknya Wolverine yang sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian, Ives membaringkan Biscuit lalu membuat api unggung mengandalkan gesekan cakar tajam itu. Meskipun butuh waktu beberapa menit, tapi akhirnya dia bisa membakar ranting-ranting kering yang telah dia kumpulkan.
"Tunggulah di sini sebentar, aku akan mengambil daging babi hutan itu untuk kita makan."
"Unn." Biscuit duduk sambil memeluk lututnya. Dari belakang, dia bisa melihat luka gores di punggung pria itu. Itu pasti hasil dari pertarungan barusan.
Membuka tas, Biscuit menyiapkan air dan obat oles untuk merawat lukanya nanti.
'Ives...' Gumamnya sambil menahan senyum.
-----
read chapter 36 on;
patréon.com/mizuki77