Return of the Mount Hua Sect (HTL 1634+)

Chapter 5: Chapter 1637. Bahkan Binatang pun Tahu Rasa Terima Kasih (2)



Dingin.

Tidak, itu menyeramkan.

Bahkan para pendekar keluarga Namgung yang paling mengenal orang bernama Namgung Dowi itu pun tertegun sejenak.

'Sogaju-nim…'

Tidak ada yang tidak mengakui itu. Terlepas dari apa yang dikatakan orang lain, Namgung Dowi adalah penerus keluarga Namgung. Dia lah yang harus memimpin keluarga besar Namgung sebagai pengganti Namgung Hwang sang pedang kaisar.

Namun, arti 'pengakuan' jelas sedikit berbeda dengan waktu lainnya. Alasan pendekar pedang keluarga Namgung mengikuti Namgung Dowi adalah karena mereka percaya bahwa ia 'akan' bisa menjadi pendekar pedang yang sebanding dengan raja Namgung, bukan karena mereka mengira Namgung Dowi layak untuk diikuti 'sekarang'.

Namun energi yang dipancarkan Namgung Dowi saat ini sudah cukup untuk menghancurkan persepsi para pendekar keluarga Namgung.

Ancaman yang terasa menusuk kulit. Dan di baliknya, muncul perasaan rasa takut yang mencekam.

'Kapan Sogaju-nim menjadi seperti ini...'

Bahkan mereka yang telah berlatih pedang keluarga Namgung sepanjang hidup mereka tidak punya pilihan selain terkesan. Namgung Dowi kini mengeluarkan energi yang mengingatkan pada Namgung Hwang di masa lalu.

"So... Sogaju-nim..."

"Jika ada yang tidak puas, maju."

Dari mulutnya keluar suara yang tidak hanya terasa dingin, bahkan tidak berperasaan. Bulu-bulu di tubuh mereka berdiri tegak ketika mereka gemetar karena sensasi itu, mereka menelan ludah kering lalu menoleh ke arah Namgung Dowi.

"Apakah tidak ada yang ingin maju?"

Mata Namgung Dowi mengamati sekeliling. Namun, mereka yang tak berani melakukan kontak mata dengannya sibuk menghindari tatapan mata Namgung Dowi setiap kali mereka bertatapan.

Setelah melihat semuanya, mata Namgung Dowi beralih ke pendekar pedang Namgung di depannya.

"Namgung Bi."

"Ya, Sogaju-nim."

"Apakah kau mengatakan kau tidak puas dengan Aliansi dan Gunung Hua yang mendapatkan semua kemuliaan?"

"Saya…"

Namgung Dowi menyerang lagi dengan ekspresi wajah yang tak tergoyahkan.

"Apakah kau begitu tidak puas dengan mereka yang menerima kemuliaan yang tidak akan kau dapatkan?"

"….."

"Tidak, bahkan jika kalian tidak puas, apakah kemuliaan yang sekecil itu sangat penting saat kita melakukan semua yang kita bisa untuk melawan faksi jahat itu?"

"Sogaju-nim…."

"Berhentilah bicara seperti orang idiot."

Namgung Dowi menggertakkan giginya.

"Kemuliaan tidak akan dapat mengembalikan nama Namgung. Satu-satunya cara untuk mengembalikan nama Namgung adalah dengan menggunakan skill. Tidak peduli seberapa besar ketenaran yang kita peroleh, jika kita tidak bisa sekuat Namgung di masa lalu, semuanya akan menjadi istana pasir. Tidak peduli seberapa banyak dunia mengkritik dan mengabaikan kita, jika kita bisa melampaui Namgung di masa lalu, nama Namgung akan bersinar lagi."

Mendengar kata-kata itu, kepala Namgung Bi tertunduk.

"Daripada kau terobsesi pada hal-hal yang tidak berarti seperti kemuliaan, maka gunakan waktu itu untuk mengayunkan pedangmu. Seorang pendekar pedang hanya berbicara dengan pedangnya. Bukankah itu cara Namgung?"

"….Itu benar, Sogaju-nim."

"Dan!"

Meski Namgung Bi benar-benar mengibarkan bendera putih dan menyerah, Namgung Dowi sepertinya tak ada niat untuk berhenti di situ.

"Setidaknya jika kau berasal dari keluarga Namgung, buktikan dirimu sebagai pribadi sebelum membuktikan dirimu sebagai pendekar pedang."

"….."

Namgung Dowi menatapnya dingin.

"Jika ayahku melihatmu sekarang, apa yang akan dia katakan?"

"….."

"Aku lebih suka menjadi orang terhormat dalam kematian daripada orang yang menikmati kemuliaan dalam hidup. Begitulah cara keluarga Namgung, itulah jalan yang dilalui ayahku."

Para pendekar pedang menundukkan kepala mereka ketika mereka mendengar itu.

Namgung Dowi, yang dari tadi menatap mereka dengan dingin, melihat ke luar, ke arah orang-orang yang mengawasi tempat ini. Mereka pun menundukkan kepala begitu melakukan kontak mata dengan Namgung Dowi.

Setelah memelototi mereka sekali, Namgung Dowi pergi, meninggalkan pendekar pedang keluarga Namgung bingung harus berbuat apa. Setelah berjalan beberapa saat, Tang Soso yang diam-diam mengikuti di belakang, membuka mulutnya.

"Bukankah itu terlalu berlebihan?"

"….Apa kau pikir begitu?"

"Sedikit."

"Bahkan binatang pun tahu rasa terima kasih."

"….Tentu saja. Tetapi…"

Tang Soso melihat ke belakang dengan sedikit cemas.

"Aku memahami rasa frustrasi mereka. Mereka harus bertaruh nyawa, tetapi kehormatan itu tidak dapat mereka miliki dalam pertempuran..…"

Faktanya, siapapun pasti enggan. Kangho-in adalah orang-orang yang hidup untuk mendapatkan ketenaran dan kemuliaan. Karena itu merampas hal tersebut dari mereka berarti merampas hal-hal yang paling penting bagi mereka.

Tentu saja, peluang bagi individu untuk mendapatkan ketenaran tidak hilang begitu saja, namun bagi orang yang berkuasa, sekte tempat mereka berada juga merupakan objek yang diperlukan untuk meningkatkan statusnya.

Mendengar perkataan Tang Soso, Namgung Dowi meliriknya.

"Ini sedikit mengejutkan."

"Apanya?"

"Kukira, jika itu adalah sifat asli Dojang, kau akan mengamuk dan menyuruh mereka untuk segera melepaskan cangkangnya?"

"…..Menurutmu aku ini orang seperti apa?"

"Daripada pendapatku tentang manusia seperti apa…"

Namgung Dowi mengunyah bibirnya dalam keheningan.

Memang begitulah. Meskipun agak mengejutkan, seiring dengan perubahan dirinya, tentu saja Tang Soso juga telah berubah banyak. Jika kita mengingat Tang Soso dari masa lalu, dia tidak akan memperhatikan sudut pandang orang lain sedikit pun.

Sungguh aneh. Pada pandangan pertama, Cheong Myeong tampak seperti orang yang sangat egois, tetapi semakin dekat kita dengan orang-orang di sekitarnya, semakin mereka menurunkan diri mereka sendiri. Itulah yang menarik dari Cheong Myeong.

"Apa yang dojang katakan itu benar…. Itu sebabnya hal ini harus dilakukan."

"Ya? Mengapa?"

"Karena itulah yang paling ingin disingkirkan oleh Cheong Myeong Dojang saat ini."

Mata Tang Soso sedikit dipenuhi keraguan.

"Kemuliaan?"

"Ya. Tepatnya, ini adalah sebuah struktur di mana suatu sekte menghasilkan prestasi dan memperoleh ketenaran."

"…..Hmm."

"Jika kau mendengarkan apa yang mereka katakan dan tanggapan dojang, niat Cheong Myeong Dojang terlihat jelas."

Tang Soso juga mengangguk seolah dia mengerti apa yang dikatakan Namgung Dowi.

"Maksudmu itu berbahaya."

"Ya. Terutama melawan Paegun."

Tang Soso menganggukkan kepalanya. Tidak mungkin dia tidak memahami situasinya setelah mendengar ini. Dia adalah salah satu orang paling cerdas di Keluarga Tang dan Gunung Hua.

"Jadi, meski ada kesulitan, kita harus mewujudkannya. Meski terkadang ada konflik dengan sekte lain di luar Namgung."

"Apakah maksudmu… Sogaju-nim bersedia berperan sebagai penjahatnya?"

"Jika perlu, ya. Tidak…. Aku akan."

Tang Soso menghela napas dalam-dalam.

"Sejujurnya, agak aneh bagiku untuk mengatakan ini sebagai murid Gunung Hua, tapi.... Aku hanya tidak mengerti. Apakah menurutmu kau perlu melakukan perbuatan baik bagi kami, Namgung Sogaju-nim?"

"Karena ini tidak hanya baik untuk Gunung Hua."

Namgung Dowi menatap lurus ke arah Tang Soso.

"Ini bukan untuk Gunung Hua, tapi untuk Kangho."

"….."

Itu fakta. Jadi aku tidak bisa membantahnya.

Dan saat itu juga Namgung Dowi tersenyum tipis.

"Kurasa itu cukup sebagai alasan, ya?"

"Ya?"

"Sebenarnya aku hanya ingin melakukan itu. Kurasa bisa dibilang itu karena aku ingin melunasi hutangku, tapi..… Sungguh menjengkelkan juga melihat seseorang yang sudah sibuk memikirkan pekerjaan seperti ini."

"…..Kau berbicara tentang Sahyung?"

"Ya."

Ekspresi Tang Soso berubah aneh.

Itu benar-benar aneh. Orang-orang dari Gunung Hua sibuk melarikan diri bahkan jika mereka melihat Cheong Myeong dari kejauhan, tetapi orang-orang di luar Gunung Hua merasa gelisah karena mereka tidak bisa memberikan apapun kepada Cheong Myeong.

Apa yang membuat orang-orang begitu tertarik pada dirinya?

"Di atas segalanya…"

"….."

Namgung Dowi mengangkat kepalanya dan menatap Hua-um. Kota Aliansi Teman Surgawi, yang dia bantu bangun juga.

"Dengan begitu, aku bisa berdiri tegap di hadapannya kan? Aku hanya ingin menjadi setara, bukan menjadi manusia menyedihkan yang sekadar menikmati apa yang telah diciptakannya"

"….."

"Setidaknya, itu akan memungkinkan aku untuk mengembalikan nama keluarga Namgung seperti yang dilakukan Chung Myung Dojang. Jika aku mencoba untuk hidup sesuai dengan teladannya, setidaknya aku akan berhasil setengahnya, bukan?"

"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk tidak menghormati Sogaju, tapi ini tidak akan semudah Sahyung."

"Aku mengerti. Itu sebabnya aku akan berusaha keras."

Nunggung Dowi tersenyum.

"….Kau terlihat senang. Seolah-olah kau senang hanya dibiarkan melakukan semua pekerjaan yang merepotkan?"

"Apa terlihat seperti itu?"

"Ya."

"Hmm… Mungkin memang begitu."

Namgung Dowi mengangguk seolah-olah mengakui dengan senang hati.

"Tentu saja aku merasa senang. Selama ini, aku telah melakukan berbagai upaya hanya untuk melibatkan kami dalam segala hal yang dilakukan Cheong Myeong Dojang"

"Tidak sepenuhnya benar, kamu sudah sangat membantu."

"Terima kasih atas kata-katanya, tetapi aku yang paling memahami situasi Namgung saat ini. Aku juga tahu seberapa banyak bantuan yang diberikan Gunung Hua kepada Namgung sepanjang waktu"

"….."

Meskipun ini mungkin menjadi kata-kata yang agak sensitive, tapi Namgung Dowi tersenyum cerah, tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali.

"Tapi sekarang aku punya sesuatu untuk dilakukan, sesuatu yang hanya aku yang bisa melakukannya, bagaimana mungkin aku merasa tidak senang?"

"…..Sepertinya aku salah."

"Hmm? Apa maksudmu?"

"Aku pikir Sogaju-nim telah berubah sedikit aneh, tapi sekarang kulihat ternyata kau menjadi jauh lebih aneh."

"Apakah begitu? Hahaha."

Namgung Dowi membusungkan dadanya.

Tang Soso pasti salah. Dia tidak hanya merasa cukup baik saat ini, dia merasa sangat baik.

'Tidak mungkin Dojang akan membiarkan situasi seperti ini terus berlanjut.'

Meskipun sibuk, dia bukanlah orang yang akan membiarkan kekacauan dari bawah. Tidak mengambil tindakan terhadap gangguan pada peringkat bawah adalah hal yang tidak masuk akal. Tetapi fakta bahwa situasi seperti ini dibiarkan berlarut-larut memiliki arti yang jelas.

Sejak awal, ini adalah peran yang ditetapkannya untuk Namgung Dowi.

Ini adalah pertama kalinya Cheong Myeong mengakui dirinya sebagai individu yang bisa menjalankan peran, bukan hanya sebagai pendekar yang membawa pedang.

Bagaimana mungkin dia tidak merasa senang?

"Oh, Hei."

"Apa?"

"Cheong Myeong Dojang datang. Dojang! Lama tidak bertemu!"

Namgung Dowi melambaikan tangannya dengan senyum lebar saat dia melihat Cheong Myeong mendekat.

Cheong Myeong juga tersenyum lebar saat melihatnya dan berlari ke arahnya.

'Tetapi, ada sesuatu yang aneh…'

Tang Soso merasakan sesuatu yang aneh dari pemandangan itu. Tidak, lebih tepatnya, seperti melupakan sesuatu. Seperti melakukan minum-minum di bar dan lupa membayar tagihannya...

"Dojang. Aku sangat berterima kasih kau datang sejauh ini untuk menyambut kami. Aku tidak bisa melupakan bahwa aku masih memiliki tanggung jawab untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan yang kau berikan sebelumnya… UWEEEGG!"

Pada saat itu, telapak kaki Cheong Myeong yang tadinya berjalan dengan senyuman di wajahnya, menghantam wajah ceria Namgung Dowi.

Bugh.

Saat Namgung Dowi terjatuh ke belakang, Cheong Myeong mengertakkan gigi dan naik ke atasnya.

"Kau bajingan, aku senang bertemu denganmu."

"Do, Dojang?"

Namgung Dowi yang memiliki ukiran tapak kaki besar di wajahnya, melebarkan matanya seolah bertanya-tanya kenapa dia seperti ini.

"Aku terlalu sibuk untuk menghajarmu waktu itu, brengsek! Kau bajingan! Apa kau tidak tahu kalau kau hampir membuat semua anak terbunuh? Siapa? Raja Naga Hitam? Kau memutar mata dan menyerangnya! Apa kau gila?"

"Ah, bukan itu yang kumaksudkan ... Jadi aku ingin mengucapkan terima ka- ... dan itu sudah terjadi ..."

"Kau pikir dengan terima kasih ini sudah berakhir, brengsek?"

Buagh.

Tinju Cheong Myeong langsung mendarat di wajah Namgung Dowi.

"Dan! Setelah lukanya dijahit secara kasar, kau harusnya bergegas dan membantu! Apa yang kau lakukan sekarang malah berkeliaran? Kau bajingan, akankah hidupmu sebagai orang Kangho berakhir setelah kau membunuh Raja Naga Hitam? Apakah kau sudah melakukan semua yang harus kau lakukan?"

"Ba-baiklah... Aku ingin datang secepatnya, tetapi ... karena pasien..."

"Pasien? Oh, ya. Aku bisa mengerti mengapa kau menjadi pasien. Sekarang hanya tinggal berbaring di sana! Apa yang bisa kau lakukan selain hidup? Mati saja! Mati, dasar brengsek!"

"Agh! Aaagh! Do, Dojang! Tenanglah…"

"Tutup mulutmu, bajingan!"

Tang Soso mendecakkan lidahnya dengan frustrasi saat dia melihat Cheong Myeong mulai menghajar Namgung Dowi.

Begitulah.

Meski sedikit khawatir apakah boleh memukuli pasien seperti itu, Tang Soso menoleh dan menyimpulkan bahwa Namgung Dowi pantas dipukuli.

'Tetap saja, kurasa aku melakukan kesalahan.'

Karena Cheong Myeong Sahyung tidak akan memukuli orang kecuali orang terdekatnya.

"Ugh, terserahlah."

Tang Soso menggelengkan kepalanya.

Aku harus meninggalkan para idiot itu sendirian dan pergi daripada melihat itu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.