Chapter 389: Anak dari Keluarga Alfred
Ketika Randika sampai di rumah, Hannah dkk mulai meninggalkan daerah kota Cendrawasih. Sekarang mereka menuju kaki Gunung Batu Hata.
Pada jaman dahulu, pusat agama Buddha di daerah kota Cendrawasih berpusat di kaki gunung tersebut. Tetapi seiring berkembangnya kota Cendrawasih, kuil tersebut mulai ditinggalkan karena terlalu jauh sehingga kurang nyaman untuk ditempati.
Selain para turis yang mendatangi tempat tersebut pada hari sabtu dan minggu, pada dasarnya tidak ada orang sama sekali ketika hari senin-jumat.
"Kita sampai!"
Roberto keluar dari bis pertama kali, teman-temannya mengikutinya dari belakang.
"Wah, udaranya segar sekali!" Seseorang menghirup udara dalam-dalam.
"Hahaha tentu saja, kita kan dekat dengan gunung!" Temannya tertawa.
"Tempat kita istirahat dekat dengan kuilnya, ayo kita jalan." Kata Roberto.
"Baiklah!"
Semua orang mulai bersemangat, Roberto memimpin mereka semua dengan berjalan di paling depan. Namun, orang-orang tidak bisa melihat senyuman tajam yang sedang dia buat ketika membawa mereka ke kedalaman hutan.
........
"Sayangku!" Karena hari ini adalah hari sabtu, Inggrid sedang santai-santai duduk di sofa. Randika dengan cepat menghampirinya dan memeluknya dari belakang.
Ketika Inggrid mengangkat kepalanya, dia cukup terkejut ketika melihat sosok Randika. "Bukannya kamu hari ini pergi sama Hannah?"
Randika dengan cepat duduk di samping Inggrid, dia langsung merangkul pinggang ramping milik istrinya itu. Keempukan dari dadanya mulai memanggil-manggil Randika secara tersembunyi.
"Aku tidak jadi ikut, aku hari ini cuma ingin memastikan keselamatan Hannah saja." Randika bisa merasakan empuknya dada Inggrid yang mengenai tangannya. "Karena aku sudah memastikan dia baik-baik saja, aku tidak perlu menemaninya lagi."
Inggrid tidak peduli dengan tangan nakal Randika ini. Justru dia terlihat bingung dan langsung bertanya. "Memangnya ada apa dengan Hannah?"
"Sudah tidak apa-apa." Randika tersenyum lebar. "Aku hanya terlalu paranoid saja, semuanya sudah terkendali. Omong-omong, di mana Ibu Ipah?"
"Ibu Ipah lagi pergi belanja." Inggrid mengerutkan dahinya. "Kenapa kamu tiba-tiba mencarinya?"
"Masa kamu tidak tahu?" Randika tersenyum nakal. Dengan sedikit kekuatan, dia menindih Inggrid di atas sofa.
"Kamu ini ya." Meskipun terlihat enggan, desahan erotis tetap keluar dari mulut Inggrid ketika Randika mulai bermain dengan tubuhnya. Perlahan namun pasti, keduanya mulai melepas baju mereka.
Kebetulan tidak ada orang di sini, Randika ingin bermain di ruang tamu!
Randika dengan cepat membuka baju Inggrid. Sekarang, hanya pakaian dalam Inggrid yang menghalangi pemandangan cantik dan indah. Samar-samar, dia bisa melihat warna pink yang hampir menyembul keluar dari dalam beha.
Randika menelan air liurnya, ketika dia hendak membuka 2 keajaiban dunia itu, HPnya tiba-tiba bunyi.
Sialan!
Randika terbeku dalam sekejap, siapa yang tiba-tiba meneleponnya di saat-saat menggairahkan seperti ini?
Awalnya Randika ingin cuek dan tidak mengangkatnya, tetapi Inggrid memarahinya.
Tidak ada pilihan, Randika akhirnya memutuskan untuk menerima teleponnya. Tiba-tiba, suara dari bawahannya terdengar cukup lantang. "Tuan, kami menemukan beberapa informasi."
Ketika mendengar suara ini, wajah Randika berubah menjadi serius dan berdiri tegak. "Apa yang kamu temukan?"
"Ada dua informasi yang penting. Pertama, Roberto datang ke Indonesia untuk program pertukaran pelajar. Sebelum pendaftaran itu dibuka, dia sudah berada di Indonesia sebulan sebelumnya dan dia sendiri yang mengisi formulir pendaftaran pertukaran mahasiswa itu tanpa seijin kampusnya."
Pada saat ini, kerutan dahi Randika mulai mengeras. Lalu bawahannya itu kembali berkata. "Yang kedua, kami mendapatkan informasi mengenai identitas asli Roberto. Rupanya dia bukanlah anak kandung dari Carlos, sepertinya dia adalah anak angkat. Tetapi anehnya, kami sama sekali tidak dapat menemukan informasi mengenai Roberto di atas 5 tahun yang lalu. Seakan-akan nama Roberto itu lahir 5 tahun yang lalu.
Mengikuti petunjuk ini, kami menyelidiki lebih dalam lagi mengenai identitasnya. Sepertinya sebelum berganti nama menjadi Roberto, dia adalah Tom yang lahir di Indonesia. Dia lahir di Jakarta di sebuah keluarga bernama Alfred."
Keluarga Alfred dari Jakarta?
"Apa kamu yakin dengan informasi ini?!" pupil mata Randika mengecil dalam sekejap.
"Tuan, informasi ini benar-benar dapat dipercaya, kami juga memastikannya 3x. Kami juga mendapatkan foto dari Tom sebelum berganti nama menjadi Roberto. Saya akan kirim via email."
Randika benar-benar terkejut dengan informasi ini, dia tidak menyangka bahwa Roberto adalah anak dari keluarga Alfred!
Dalam sekejap otak Randika berputar dengan cepat. Jika Roberto adalah Tom dari keluarga Alfred, maka tamasya kali ini adalah jebakan dan Hannah benar-benar dalam bahaya!
Sialan!
Tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan, Randika segera memakai bajunya dan lari keluar dari rumah. Tempat tamasya mereka cukup jauh, seharusnya dia bisa datang tepat waktu.
Pada saat yang sama, Randika memerika emailnya. Ketika dia melihat informasi tersebut, wajahnya berubah menjadi buruk.
Isi email ini sangat jelas. Di sana dia bisa membaca profil Tom, menghilangnya dia dari Indonesia, dan tidak ada kabar lagi mengenai dirinya sejak itu.
"Tom, penyamaranmu benar-benar luar biasa!" Randika merasakan hatinya bertambah dingin. Dia merasa kesal karena dia lengah di detik-detik terakhir.
Pada akhirnya, Roberto hanyalah sebuah samaran yang dia buat.
Randika kembali menatap emailnya, sekarang dia sedang melihat foto Tom yang dulu. Foto tersebut memperlihatkan sosok Tom yang sangat dingin. Tatapan matanya yang mati menunjukkan bahwa dia mirip seperti seorang psikopat.
Ketika Randika melihat foto ini, hatinya makin tenggelam!
Dia sekarang tahu kenapa dia merasa familier dengan wajah Roberto.
Karena memang wajahnya ini dia pernah melihatnya. Wajahnya itu benar-benar mirip dengan Hans yang telah dia bunuh sebelumnya.
Meskipun tidak sama, tatapan mata mereka masih membuktikkan bahwa mereka bersaudara.
Dengan kata lain, pembunuh abnormal yang ditemui kemarin sudah jelas adalah dia. Tidak heran kenapa pembunuh kemarin itu bisa mengenal dirinya dan memancarkan aura kebencian yang begitu mendalam.
Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa tangannya itu tidak apa-apa? Bukankah dia berhasil melukainya kemarin? Setelah dipikir-pikir, ketika dia memegang tangan Tom, tangannya itu benar-benar lembut. Apakah dia memakai sebuah sarung tangan sintetis untuk menyembunyikan lukanya? Penjelasan ini cukup masuk akal.
Setelah menyusun semua puzzle ini, Randika akhirnya menyadari kenapa Tom bisa muncul di Cendrawasih sebulan lebih cepat.
Karena bulan lalu, tragedi keluarga Alfred telah terjadi di Jakarta dan Randika menghabisi para tetua dan anggota keluarga Alfred tanpa ampun!
Ketika berita ini mencapai telinga Tom, dia segera kembali ke Indonesia dan mulai menyusun rencana untuk balas dendam!
Dan tentu saja, membuat Randika menderita adalah tujuan utamanya. Hannah menjadi target terbaik baginya untuk mengawali kisah balas dendamnya.
Memikirkan hal ini, Randika benar-benar merasa ngeri. Dibandingkan dengan Hans, sepertinya orang ini jauh lebih berbahaya dan lebih gila.
Sialan, seharusnya dia tidak meninggalkan Hannah!
Randika benar-benar marah pada dirinya sendiri, hatinya sudah mengepal dengan kuat.
Menekan perasaan frustasi ini, Randika dengan cepat menghubungi pasukannya yang ada di Cendrawasih. Dia menyuruh mereka untuk datang ke lokasi segera mungkin.
Setelah itu, Randika menatap sebuah mobil yang terparkir diam. Dengan cepat dia memecahkan jendelanya dan duduk di dalam.
Mobil itu dengan cepat menyala, dan tanpa berkata apa-apa, Randika dengan cepat melaju menuju tempat Hannah berada.