Chapter 363: Situasi Krisis
Sepanjang perjalanan, Randika dan Indra terdiam.
Setelah beberapa kali berhenti, akhirnya Randika dan Indra tiba di kota pinggiran yang sangat mereka kenal yaitu kota Kebon Raya. Lalu karena mereka membawa barang-barang milik Indra, mereka menyewa jasa gerobak sapi untuk membawa mereka ke Desa Jagad.
Boneka ginseng masih mengikuti Indra, dia merasa hidup di pegunungan ini sangat baik bagi dirinya.
Tidak lama kemudian, mereka akhirnya tiba di Desa Jagad.
"Guru!" Teriak Indra dengan semangat, tetapi dia sama sekali tidak melihat siapapun di dalam rumah.
Melihat hal ini, Indra benar-benar khawatir.
"Guru di mana kalian? Ini Indra, saya telah kembali!" Indra membuka semua ruangan. Randika lalu menghentikannya. "Kakek sedang pergi, mereka tidak ada di rumah."
Setelah mendapatkan penjelasan dari Randika, Indra merasa lega tidak ada masalah yang menimpa guru-gurunya itu.
Namun, Randika sendiri tidak menyangka para kakeknya itu belum pulang kembali. Hal ini membuat dirinya mengerutkan dahinya. Ketika dia bertarung melawan Ivan di gunung pada waktu itu, Ivan mengatakan rencana busuknya. Sepertinya kakeknya itu dijebak.
Seharusnya, para kakeknya itu sudah kembali ke Desa Jagad.
Namun setelah berpikir baik-baik, Randika berusaha melupakannya. Kekuatan ketiga kakeknya itu melebihi dirinya. Bahkan kekuatan Randika yang sekarang masih bukan apa-apa di hadapan para kakeknya itu.
Belum lagi kakek keduanya, dia benar-benar ahli dalam ilmu bela diri. Bahkan Randika sendiri tidak bisa menyentuh ujung baju kakeknya ketika kakeknya itu serius.
Oleh karena itu, Randika merasa tenang-tenang saja.
"Apa kamu tidak keberatan tinggal sendirian dulu?" Tanya Randika.
"Tidak masalah, aku sudah terbiasa tinggal sendirian." Indra tertawa. "Aku bisa berburu binatang di gunung dekat sini kalau lapar. Lagipula aku tidak sendirian kok, kan ada Jumbo di sisiku."
Jumbo?
Randika jelas terlihat bingung. Indra lalu menoleh ke arah pundaknya di mana boneka ginseng itu duduk dengan manis. Hal ini membuat Randika tertawa, rupanya boneka ginseng itu sudah memiliki nama.
Randika mengangguk, keduanya lalu pergi ke gunung dekat rumah mereka.
Ketika mereka mencapai puncak gunung, mereka memandangi pemandangan gunung yang benar-benar indah. Tetapi Randika menyadari ada sebuah gua di belakang tempat mereka beristirahat. Dia tidak pernah melihat tempat ini begitu lama hingga dia sampai lupa dengan tempat ini. Gua itu ditutup oleh sebuah batu yang besar dan tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan lebat.
Ini adalah tempat peristirahatan terakhir kakek buyutnya. Saat dia kecil, para kakeknya kadang-kadang membawanya ke sini untuk menghormati dan berdoa pada kakek buyutnya.
Kakek buyutnya ini benar-benar orang yang luar biasa. Dari cerita kakeknya itu, dikatakan bahwa kakek buyut Randika ini adalah yang terkuat di muka bumi. Bahkan 12 Dewa Olimpus yang sekarang harus bersatu untuk melawannya agar memiliki kesempatan untuk menang.
Setelah turun dari gunung, Randika memutuskan untuk menginap selama sehari di Desa Jagad ini. Di perjalanan mereka turun, mereka sempat berburu dan mendapatkan beberapa hewan untuk dimakan. Setelah mengetahui Indra dapat berburu dengan baik, Randika tidak akan khawatir untuk meninggalkannya.
Setelah berpamitan dengan Indra, Randika kembali menuju kota Cendrawasih.
Setelah menaiki bus yang sama, Randika akhirnya tiba di kota Cendrawasih pada sore hari.
Ketika dia sampai di rumahnya, Randika mendapati bahwa tidak ada orang di rumah. Seluruh gedung berlantai dua ini benar-benar kosong.
Hal ini sangat mengejutkan bagi Randika. Seharusnya di rumah ini setidaknya ada Ibu Ipah, kenapa sekarang kosong melompong?
Randika yang khawatir itu segera naik ke lantai dua menuju kamar Inggrid. Ketika dia membukanya secara perlahan, sosok Inggrid yang sedang berganti baju menyambutnya.
Hati Randika sudah mengepal dengan kuat. Dia tidak menyangka akan disambut pemandangan indah seperti ini, istrinya ini benar-benar cantik.
Sambil tersenyum, Randika mengendap-endap menuju Inggrid berdiri. Melihat bentuk tubuh istrinya itu, Randika tidak bisa berhenti menelan air liurnya.
Pada saat ini, Inggrid sedang memakai pakaian dalamnya yang berwarna hitam dan sedang memunggungi Randika. Lalu tiba-tiba Inggrid mengangkat kaki kanannya dan membungkuk sedikit untuk mengoleskan krim ke kakinya.
Pantatnya yang bundar dan kenyal itu memenuhi kedua bola mata Randika. Dia sudah tidak sabar merasakan kelembutan kulit istrinya ini.
Pada saat ini, Inggrid ingin mengganti pakaian dalamnya jadi dia berusaha melepas pengait behanya.
Asyik!
Randika menelan kembali air liurnya, matanya benar-benar terpaku pada punggung putih istrinya. Pemandangan ini benar-benar surgawi. Randika bahkan sudah melepas bajunya, dia sudah tidak sabar berhubungan badan dengan istrinya.
Randika terus mengendap-endap hingga tepat berada di belakangnya. Pada saat ini, Inggrid sudah melepas behanya dan berusaha mengambil behanya yang ada di atas meja. Ketika dia hendak meraihnya, tiba-tiba ada suara orang di belakangnya.
"Sayangku aku pulang!!"
Kemudian kedua tangan Randika yang besar itu langsung meremas kedua dada Inggrid dari belakang.
Sebelum ini Viona sama sekali tidak menyangka akan ada orang lain di rumah ini selain dirinya, jadi dia mengira bahwa orang yang meremas dadanya ini adalah penyusup. Dalam sekejap Viona langsung berusaha melepaskan diri sekaligus berteriak.
"Tidak!!"
Viona berteriak dengan keras, dan pada saat yang sama, Randika langsung menyadari sesuatu yang ganjil hari ini. Kenapa dada istrinya terasa berbeda.
Randika dan Inggrid sudah menjadi suami istri beberapa waktu jadi Randika sangat memahami lekuk tubuh Inggrid dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tetapi hari ini dia merasa dada istrinya itu berbeda.
Tetapi kenapa dia merasa pernah meremas dada ini?
Randika berpikir sesaat sedangkan Viona terus meronta dan berteriak, dia masih tidak bisa melepaskan dirinya. Tetapi dia tiba-tiba merasakan sesuatu, kenapa suara dan tangan ini sangat familier bagi dirinya.
Kedua orang ini terdiam beberapa saat. Randika kemudian menoleh dan melihat wajah istrinya yang rupanya adalah Viona!
Ketika kedua mata mereka bertemu, mereka tidak bisa menyembunyikan rasa kaget mereka.
"Viona? Kenapa kamu ada di sini?"
"Randika? Kenapa kamu ada di sini?"
Keduanya melontarkan pertanyaan yang sama.
"Kenapa kamu ada di sini?" Keduanya bertanya hal yang sama sekali lagi.
Kemudian, kamar ini dipenuhi dengan kesunyian untuk beberapa waktu.
Sepertinya mereka berdua berusaha memproses kejadian ini di benak mereka.
"Ran, biarkan aku memakai bajuku dulu." Kata Viona.
"Oh, baiklah." Randika melepaskan Viona dari pelukannya lalu berkata padanya. "Aku akan menunggu di luar."
Setelah keluar dari kamar, hati Randika benar-benar kacau. Hal yang paling dikhawatirkannya rupanya benar-benar terjadi. Awalnya dia ingin menjalankan rencananya itu secara perlahan, dia tidak menyangka rencananya akan berantakan sedemikian rupa.
Randika mengerutkan dahinya dalam-dalam. Awalnya, menurut rencana awal, Randika ingin membuat Viona jatuh cinta dan berhubungan badan dengannya terlebih dahulu. Lalu secara perlahan dia akan memberitahu posisi Viona yang sebenarnya. Rencana ini benar-benar harus dijalankan dengan sempurna, kalau tidak semuanya akan hancur berantakan.
Namun secara tidak terduga, Viona justru muncul di kamarnya Inggrid dan sekarang sedang ganti baju.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Apakah Viona sudah tahu hubungan dirinya dengan Inggrid? Atau jangan-jangan Inggrid mengetahui hubungannya dengan Viona?
Memikirkan hal ini, Randika harus fokus dengan apa yang ada di depannya. Asalkan tidak muncul suatu masalah yang besar, dia masih bisa mewujudkan rencana haremnya ini. Tetapi kehadiran Viona hari ini benar-benar membuatnya kelabakan.
Kejadian ini benar-benar membuat Randika merasa dirinya dalam situasi kritis. Sudah sangat lama dia merasakan perasaan seperti ini. Jika dia tidak mengatasi kejadian ini dengan benar, dia bisa kehilangan Inggrid atau Viona.
Tetapi Randika tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Dia sangat menyukai kedua perempuan ini. Bagaimanapun caranya, dia tidak akan membiarkan siapapun lepas darinya.
Tetapi bagaimana caranya?
Randika memikirkan beberapa macam hal, apakah dia harus berbohong?
Tidak, kedua perempuan itu benar-benar pintar dan dirinya ketahuan memasuki rumah Inggrid dan merabanya sekaligus memanggilnya sayang. Jika dia berbohong dan ketahuan, jelas situasinya akan jauh lebih buruk untuknya.
Apakah dia harus kabur sementara waktu?
Tidak, itu bukan solusi yang bagus. Bahkan jika dia menunda masalah ini sementara waktu, dia tetap harus menghadapinya suatu saat nanti. Terlebih lagi, kabur bukanlah gaya Randika. Mau tidak mau, dia harus menghadapi masalah ini.
Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana caranya yang paling tepat? Randika benar-benar dibuat gila oleh masalah ini.
Dia tidak bisa memikirkan alasan yang bagus, ayo otak bekerjalah!
Di balik pintu, Viona sendiri sedang bertarung dengan hatinya sendiri. Meskipun enggan mengakuinya, dia memiliki beberapa tebakan mengenai Randika.
Gosip yang beredar di perusahaan, kedekatannya dengan Hannah dan kehadiran Randika di rumah Inggrid memberinya sebuah tebakan tentang hubungan Randika dan Inggrid yang sebenarnya.
Tetapi dia tidak mau mengakui hal ini karena jika iya maka dirinya bisa kehilangan Randika untuk selama-lamanya.
Namun, ketika dia menyadari sendiri kemungkinan ini, hati Viona benar-benar kacau.
Apa yang harus dilakukannya?
Viona sendiri tidak tahu harus berbuat apa, hatinya benar-benar dalam situasi kacau. Dia awalnya tidak ingin melakukan hal ini tetapi dia harus mengetahui situasi yang sebenarnya. Dan dia tidak menyangka bahwa Randika akan benar-benar datang ke rumah ini.
Setelah beberapa saat, Viona memakai bajunya dan keluar untuk menemui Randika.
"Hannah yang memintaku untuk datang ke sini." Kata Viona sambil menunduk ke bawah. Bahasa tubuhnya mengatakan bahwa dia tidak nyaman dengan situasi mereka ini.
Randika hanya bisa tersenyum pahit, sepertinya Viona juga mengalami gejolak batin.
"Viona." Panggil Randika dengan lembut. Viona lalu mengangkat kepalanya dan menatap mata Randika.
Kedua bola mata itu benar-benar tulus.
"Vi, aku benar-benar menyukaimu." Kata Randika dengan nada yang lembut.
Viona tidak menyangka bahwa Randika akan berkata seperti itu dengan perasaan yang tulus, wajah Viona tidak bisa menahan rasa malunya.
"Tapi Ran kamu…"
Sebelum Viona selesai berbicara, dia dihentikan oleh Randika. Randika memegang kedua tangannya dan berkata sambil tersenyum. "Apa pun yang terjadi, aku tidak akan pernah melepaskan dirimu."
Apa maksudnya itu?
Hati Viona menjadi jauh lebih kacau. Ketika Randika melihat Viona menundukan kepalanya, hatinya benar-benar terasa sakit. Dia mengangkat kepala Viona lalu menciumnya.